SabdaNews.com – Dalam rangka persiapan Hari Santri Nasional (HSN) yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tengah mematangkan konsep bersama dengan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya selaku tuan rumah puncak peringatan HSN tahun 2024.
Tidak tanggung tanggung, Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf bersama Sekjen Saifullah Yusuf, Bendum Gudfan Arif dan wakil ketua PBNU Amin Said Husni mendatangi PCNU Kota Surabaya untuk menggelar rapat kordinasi persiapan peringatan Hari Santri Nasional.
“Kalau tahun kemarin kita lakukan secara sentral, dua kali di Jawa Timur mungkin nanti kita lakukan beragam kegiatan di berbagai tempat yang berbeda yang sejarahnya relevan dengan Surabaya,” jelas Gus Yahya sapaan akrab KH Yahya Cholil Staquf, Senin (12/8/2024) malam.
Ia mencontohkan di Temanggung dan Parakan karena hari santri itu identik dengan bambu runcing. Dimana daerah penghasil bambu runcing itu yang terkenal adalah Parakan.
“Nanti kita akan bicarakan apa yang menjadi bagian dari rangkaian kegiatan di Surabaya,” beber Gus Yahya.
Sementara itu Ketua PCNU Kota Surabaya, Gus Masduki Toha mengatakan bahwa sejarah Resolusi Jihad itu menjadi pemicu lahirnya perlawanan mempertahankan kemerdekaan di Surabaya hingga pecah perang 10 November 1945 yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.
“Makanya ada cerita Bung Tomo bisa mengumandangkan takbir disini, kemudian Mbah Hasyim Asy’ari menunggu Kiai Abas dari Cirebon untuk menyerukan Resolusi Jihad, itu akan kita cover dalam peringatan Hari Santri Nasional nanti,” katanya.
Untuk merangkai cerita cerita tersebut menjadi satu kesatuan, nanti kita akan kumpulkan ahli sejarah dengan sutradara sehingga menjadi narasi dan cerita yang epic.
“Dalam dua minggu ini insyaAllah kita akan ketemukan, baru dua minggu kedepannya sudah ada allur cerita tentang Hari Santri yang sebenarnya,” ungkap pria asal Benowo Surabaya.
Rangkaian cerita lengkap itu nantinya akan ditampilkan sesuai dengan lokasi dimana para pejuang Resolusi Jihad itu berasal menuju ke Surabaya untuk ikut berperang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
“Kami akan mencoba menampilkan sejarah itu secara utuh. Apakah dalam bentuk drama kolosal, napak tilas atau apa, itu tergantung sutradaranya dan PBNU, ” pungkas Masduki Toha. (pun)