SabdaNews.com – Hari ini, Senin 13 Februari 2023 bertepatan dengan 4 tahun kepemimpinan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Pemprov Jatim pun menggelar syukuran sederhana di Gedung negara Grahadi Surabaya.
Tradisi baru ini tentu menjadi pertanyaan publik. Mengingat, gubernur-gubernur sebelumnya tidak pernah melakukan sehingga muncul persepsi kuat bahwa syukuran itu sekaligus pertanda perpisahan karena akhir tahun 2023 merupakan akhir masa jabatan Khofifah memimpin Provinsi Jatim.
Apalagi dalam sambutan singkatnya, orang nomor satu di Pemprov Jatim itu membuat pernyataan bias, dimana capaian selama ini berkat kerjasama dan mudah-mudahan bisa dilanjutkan untuk penguatan kemajuan masyarakat, bangsa dan negara.
Belum lagi para Bacapres yang muncul ke permukaan saat ini pada berebut menggandeng gubernur perempuan pertama di Jatim itu sebagai pasangan maju di Pilpres 2024 mendatang.
Pengamat politik Surokim Abdussalam menilai syukuran itu adalah hal yang biasa dilakukan oleh seorang pemimpin untuk menandai sesuatu.
“Penanda itu bisa untuk reflektif perjalanan sebelumnya dan untuk proyeksi perjalanan berikutnya,” katanya, Senin (13/2/2023).
Namun pihaknya mengingatkan Khofifah supaya tak tergiur dengan rayuan dan bisa mengerem hasrat politiknya maju di Pilpres mendatang karena beresiko. Mengingat, wilayah elektoral Pilpres belum sepaham wilayah elektoral Jatim bagi Khofifah.
“Kalau bicara soal peluang, Mbak Khofifah itu menurut saya, lebih berpeluang besar di Pilgub Jatim edisi dua. Tapi kalau ikut kontestasi nasional di Pilpres, pesan saya ya supaya berhati-hati karena banyak jebakan batman,” kelakar Surokim.
Pertimbangan lainnya, Gubernur Khofifah memiliki modal yang signifikan untuk melanjutkan periode kedua di Jatim. Sebab tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Gubernur Jatim mencapai 70 persen berdasar hasil survey Surabaya Survey Center awal tahun lalu.
“Apalagi kalau Bu Khofifah bisa membuat legacy yang lebih cettar di tahun terakhirnya dan mewujudkan janji-janji politik yang belum terealisasi, tentu peluang terpilih kembali di Pilgub Jatim 2024 sangat besar peluangnya,” beber Dekan FISIB Univeritas Trunojoyo Madura (UTM) ini.
Sebaliknya, jika Khofifah maju di Pilpres mendatang, menurut Surokim peluang besarnya bisa menang hanya berpasangan dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranomo. Namun masalahnya, PDI Perjuangan apa mau merelakan rekom itu diberikan pada orang yang bukan trah Soekarno.
“Jadi itu tidak mudah, karena Ganjar Pranowo belum mendapat jaminan akan diusung PDI Perjuangan di Pilpres 2024, karena rekom tergantung pada keputusan Ibu Megawati,” kata alumnus Ponpes Langitan Widang Tuban ini.
Sementara jika Khofifah berpasangan dengan Prabowo Subianto, kata Surokim peluang menangnya hanya ffty-fifty atau 50 : 50 persen.
“Masalahnya Prabowo sangat rentan di swing voter dan undecided voter karena pemilih jenis ini sangat rasional sehingga akan menunggu sampai hari H Pilpres dalam menentukan pilihan,” jelas Surokim.
Apalagi jika berpasangan dengan Anies Baswedan, lanjut Surokim peluang Khofifah menangnya hanya 30 persen karena suara Anies di Jatim harus diakui belum signifikan.
“Daripada menunggu sesuatu yang belum menentu itu, menurut saya sebaiknya Bu Khofifah tetap di Jatim karena jalannya lebih lempeng (mulus), apalagi legacynya bisa lebih cettar. Baru setelah itu bisa naik ke level nasional,” kata Surokim.
“Tapi ini menyangkut moment sehingga sulit diprediksi. Apalagi Khofifah punya keyakinan maju di Pilpres ya boleh-boleh saja sih asal peluang menangnya besar,” imbuhnya. (pun)