GRESIK, SabdaNews.com– Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Muhammad In’am menekankan pentingnya kaderisasi dalam kepemimpinan dalam organisasi, termasuk di kalangan ulama. Kaderisasi yang dimaksudkan adalah memberikan ruang yang cukup kepada generasi muda untuk memegang dan melanjutkan estafet kepemimpinan sebelumnya.
Hal itu disampaikan saat membuka tabligh akbar dalam rangka Musyawarah Daerah (Musyda) ke-11 Muhammadiiyah dan Aisyiyah Gresik di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Gresik di gerbang masuk kompelks Perumahan Bunder Asri, Minggu (5/2/20223). Hadir sebagai pembicara kajian itu Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fathurrahman Kamal, Lc, MSi.
Sekitar 2.000 jamaah terdiri atas organ struktur dan simpatisan Muhammadiyah se-Kabupaten Gresik memadati area tabligh akbar. Membludaknya peserta kajian membuat panitia harus menambah area bagi peserta di halaman gedung. Bahkan, karena peserta masih tumpah ruah, panitia harus menggelar karpet dan tikar di area terbuka untuk menampung mereka. Itu pun sebagian peserta masih harus rela berdiri karena tidak kebagian tempat duduk atau sekadar tempat lesehan.
In’am khawatir, jika kaderisasi tak berjalan dengan baik, kepemimpinan ke depan dipegang oleh orang-orang yang tidak memiliki kapasitas dan kompetensi untuk memimpin. Akibatnya, yang dirugikan juga organisasi dan umatnya. “Jangan sampai estafet kepemimpinan jatuh pada orang yang tidak memiliki kapasitas untuk memimpin dan bodoh secara keilmuan dan akhlak,’ ungkap In’am mengingatikan.
Sementara Ustadz Fatchurrahman menguatkan, terkait pelaksanaan Musyda ke11 Muhammadiyah Gresik, ia minta aturan organisasi ditegakkan dengan cara bermusyawarah. Dengan dialog dan musyawarah yang baik, ia yakin Musyda akan menghasilkan pimpinan yang ideal dan menjadi harapan semua jamaah atau insan Muhammadiyah. “Tegakkan aturan organisasi dengan musyawarah. Saya yakin hasilnya akan baik-baik saya,” uangkapnya.
Pada bagian lain tausyiyahnya, ia mengatakan, ridlo itu jangan hanya kepada Allah, Kanjeng Nabi Muhammad, dan Islam saja, tetapi juga kepada orang-orang yang dekat, misalnya istri terhadap suami dan sebaliknya. “Doakan orang-orang yang dekat dengan kita, termasuk para pemimpin agar Allah terus memberikan penjagaan dan perlindungan maksimal,” tambahnya.
Ditegaskan, dakwah Muhammadiyah bukan menuding, meneror dan memecah belah umat, Tetapi, dakwah itu merangkul dan mencerahkan. Itulah, lanjut Fathurrahman, model dakwah Muhammadiyah yang hingga kini jadi acuan persyarikatan dan anggotanya. Perilaku memecah belah umat, katanya, itu bukan karakter dakwah Muhammadiyah, tapi orang-orang munafik yang tidak suka Islam berkemajuan. “Islam berkemajuan dan rahmatan lil ‘alamin itu ciri dakwah Muhammadiyah,” tandasnya.
Untuk itu semua, ia mengajak agar Qur’an sebagai kitab suci umat Islam, hendaknya “dibumikan” dan menjadi pedoman hidup sehari-hari. Qur’an, sambungnya, baru bermakna ketika umat Islam mampu mengaplikasikan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari.
“Dan, yakinlah, Qur’an akan tetap terjaga. Silakan orang yang tidak suka dengan Qur’an membakar. Yang dibakar itu cuma mushaf atau kertas bertuliskan Quran. Lihatlah berjuta-juta anak muda sudah menghafal Qur’an dan Allah akan terus menjaga kesuciannya,” tandasnya. (Red)