MALANG.SabdaNews.com – Konsistensi Padepokan KOSGORO 57 dalam menjaga dan melestarikan wayang kulit dipuji Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti.
Pujian dan apresiasi tersebut disampaikan secara virtual dalam acara peringatan hari ulang tahun Padepokan KOSGORO 57 ke 65 yang dihelat Alun-Alun Kota Malang, Sabtu (10/12) malam.
Menurutnya, upaya tersebut harus diapresiasi. Karena, wayang kulit yang merupakan warisan mahakarya dunia sebagaimana telah diakui oleh UNESCO pada 7 November 2003.
LaNyalla melanjutkan, wayang merupakan warisan kebudayaan masa lampau Indonesia yang memiliki kelebihan dibanding warisan budaya lainnya. Sebab, wayang, khususnya pertunjukan wayang, adalah gabungan dari rasa, cipta dan karsa atas beberapa seni dan budaya sekaligus, yakni seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang.
“Sebagai gabungan dari beberapa seni yang luar biasa, tentu kita tidak heran, bila wayang menjadi media komunikasi yang terbukti efektif melakukan diseminasi pesan dan informasi di semua peradaban,” ujar LaNyalla, Sabtu (10/12/2022).
LaNyalla menjabarkan, pada era penyebaran agama Hindu di tanah Nusantara, dikenal pertunjukkan wayang yang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata.
Di zaman Islam, Walisongo juga menggunakan Wayang sebagai medium penyebaran agama Islam. Hingga kita kenal adanya Wayang Sadat yang secara khusus memperkenalkan nilai-nilai Islam.
Begitu pula dengan Misionaris Katolik yang mengembangkan Wayang Wahyu, dengan sumber cerita yang diadopsi dari Alkitab.
“Begitu kuatnya wayang sebagai sebuah medium komunikasi, juga terbukti hingga hari ini, masih terus berlangsung proses regenerasi dari pegiat budaya wayang, mulai dari dalang, sinden, hingga pembuat wayang dan lainnya, termasuk pemerhati dan penonton wayang,” tutur LaNyalla.
Begitu pula dengan kegiatan pertunjukkan wayang yang terus berlangsung hingga hari ini, terutama di Pulau Jawa, baik itu Wayang Golek di Jawa Barat, Wayang Uwong di Jawa Tengah dan Wayang Kulit di Jawa Timur.
“Tentu, seiring waktu juga terjadi metamorfosis fungsi dan makna dari pertunjukkan wayang. Mulai dari media ritus pemujaan atas leluhur, dakwah, hingga pendidikan moral dan etik, juga pemahaman filsafat, sampai pada wayang sebagai media hiburan yang dibalut makna atau pesan-pesan,” papar LaNyalla.
Dan tepat di perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-65 KOSGORO 57, diselenggarakan kegiatan sholawat dan peringatan Hari Pahlawan serta doa untuk korban tragedi Kanjuruhan dan pagelaran wayang.
“Sebuah rangkaian kegiatan yang positif dalam nilai-nilai religi, nasionalisme dan tradisi. Akhir kata, selamat Hari Ulang Tahun ke-65 untuk KOSGORO 57. Semoga tetap konsisten menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur warisan kebudayaan bangsa ini,” demikian LaNyalla.(pun)