Oleh : Mbah Singo
Islam Periode Rasulullah
Periode Rasulullah SAW yakni masa hidup beliau, pasti Islam dilaksanakan secara baik dan benar, tepat sesuai Al-Qur’an & As-Sunnah dan tidak menyimpang sedikitpun kususnya oleh pribadi beliau sebagai teladan yang dibimbing langsung oleh bimbingan Ilahi. Juga para sahabat yang terbimbing dan terkontrol langsung olehnya.
Amalia Rasulullah mustahil menyimpang dari petunjuk Al-Qur’an, karena amaliahnya inilah yang diteladani oleh para sahabat dan umat berikutnya. Mustahil juga jika Rasulullah teledor dalam membimbing dan mengontrol Amalia para sahabat.
Amalia lahir batin Rasulullah yang diteladankan kepada para sahabat secara langsung serta kepada para pengikutnya sepanjang zaman secara tidak langsung, inilah yang disebut sebagai As-Sunnah. Amaliahnya yang diteladani secara langsung oleh para sahabat yang kemudian menjadi jalan hidup mereka itulah yang kemudian disebut sebagai Thariqah Sahabat.
As-Sunnah yang diteladankan Rasulullah pastilah benar dan tepat sesuai Al-Qur’an. Sedangkan Thariqah Sahabat kususnya yang secara langsung melazimi Sunnah Rasulullah sehari harinya terlebih lagi sahabat empat (Khulafaur Rasyidin) praktis sesuai benar dengan petunjuk Al-Qur’an dan as-Sunnah. Inilah substansi makna As-Sunnah dalam tema Ahlussunah wal Jamaah.
Islam Periode Sahabat
Perbedaan pendapat pertama yang kemudian menjadi problematika umat Islam mulai muncul sejak Rasulullah SAW wafat. Semenjak terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan problematika politik semakin menjadi, berlanjut pada masa Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah ke_4. Pada masa itu perbedaan pendapat yang awalnya berorientasi pada politik berujung pada persoalan akidah.
Rasulullah wafat pada 02 Rabiul Awwal 11 Hijriah / 08 Juni 632 Masehi. Pada hari wafat beliau, kelompok Anshar dibawah pimpinan Sa’ad bin Ubadah dari suku Kharraj berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah untuk memilih Khalifah pemimpin pengganti Nabi Muhammad. Mendengar berita tersebut, kaum Muhajirin datang ke Saqifah (tempat pertemuan tersebut) di bawah pimpinan Abu Bakar as-Siddiq dan Umar bin Khattab.
Setelah melewati perdebatan cukup sengit, dimana kaum Anshar mengajukan Sa’ad bin Ubadah sebagai calon dari Anshar dan Kaum Muhajirin mengajukan Abu Bakar as-Siddiq dan Umar bin Khattab, akhirnya semua sepakat mengangkat sahabat yang paling utama, yaitu Abu Bakar as-Siddiq sebagai Khalifah.
Sampai Khalifah Umar bin Khattab perpecahan belum begitu tampak, namun sejak kekhalifahan Utsman bin Affan fenomena mulai jelas dan pada kekhalifahan Ali bin Abi Thalib perpecahan mulai nyata. Dampaknya menjadi sumber perbedaan faham di tengah umat Islam dalam memedomi ajaran Agamanya.
Sejak Abu Bakar as-Siddiq dibaiat menjadi Khalifah, muncul gerakan pembangkang zakat yang mana zakat adalah salah satu sendi Rukun Islam. Di ruang yang lain muncul pula gerakan anti Islam dibawah komando nabi nabi palsu diantaranya Musailama al-Kadzab, Aswad al-Ansi dan Thulaihah bin Khuwalidi.
Meluasnya wilayah pemerintahan Islam dimasa kepemimpinan Umar bin Khattab pun tak urung menimbulkan dendam terpendam dari para penguasa yang ditaklukkan. Timbul gerakan bawah tanah untuk menyusupkan ajaran agama mereka kedalam ajaran Islam dengan target menghancurkan dari dalam. Indikasinya sangat jelas dengan banyaknya cerita “israilliyat” didalam beberapa disiplin keilmuan. Bahkan kasus pembunuhan Khalifah Umar sejarah telah mencatat bahwa yang membunuh adalah Abu Lu’luah, Hurmudzan yang mana keduanya adalah orang Persia bangsa Yahudi.
Dimasa pemerintahan Ustman bin Affan (23-35 H) wilayah kekuasaan Islam meluas, namun juga muncul banyak perpecahan. Abdullah bin Saba’ mulai berhasil mempengaruhi dan meracuni pemikiran elit politik. Perasaan tidak puas terhadap kepemimpinan Khalifah Ustman bin Affan. Kontra politik semakin dibesar besarkan, pemberontakan demi pemberontakan terjadi di banyak wilayah seperti Kufah, Basrah dan Mesir serta wilayah yang lainnya yang bertujuan untuk menjatuhkan kepemimpinan Khalifah Ustman bin Affan. Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thallib umat Islam mulai lebih jelas terpetakan dalam “Madzab Politik dan Madzab Akhidah.”
Madzab Politik
Pasca Rasulullah wafat umat Islam dalam rana siyasah/politik terbagi menjadi 3 golongan. \Pertama Jumhur Muslimin Yaitu mayoritas umat Islam menyepakati Abu Bakar menjadi Khalifah penerus Nabi dalam memaksakan tugas tugas dakwah dan kenegaraan.\
Kedua Syi’ah
Muncul 30 H dipelopori Abdullah bin Saba’ pendeta Yahudi Yaman yang masuk Islam dan beroposisi dengan Ustman bin Affan saat datang ke Madinah dan ia tidak terlalu mendapat penghargaan dari khalifah dan umat Islam lain sehingga menyimpan dendam.
Syi’ah dalam hal imamah/kepemimpinan meyakini: 1- Imamah/Kepemimpinan hanya milik keturunan Rasulullah sedangkan bagi selain keturunannya adalah sebuah kedzaliman. 2- Imamah bukan merupakan urusan terkait kemaslahatan yang didasarkan pada proses pemilihan dan pengangkatan umat Islam secara umum, tapi merupakan dasar Agama Islam yang Rasulullah dan para rasul lainnya tidak mungkin menyia-nyiakannya dengan menyerahkan kepada umatnya. 3- Para imam bersifat ma’shum (suci dari dosa) sebagaimana Rasulullah.
Ketiga Khawarij
Pasca perang saudara sesama Islam antara tentara Khalifah Ali bin Abi Thallib dan Tentara Mu’awiyyah bin Abu Sufyan yang terjadi pada 37H muncul barisan Khawarij yaitu orang orang yang keluar dari sayyidina Ali dan Mu’awiyyah bin Abu Sufyan.
Khawarij adalah kelompok minoritas yang;
1- Keluar dari Jamaah/Persatuan umat Islam dibawah pimpinan Ustman bin Affan dan menobatkan diri sebagai oposisi. Bahkan membunuh Sang Khalifah Ustman karena menganggapnya kafir. 2- Menolak kebijakan Ali bin Abi Thallib yang menerima tahkim (perjanjian damai) dengan Mu’awiyyah, dan mereka menyatakan keluar dari Jamaah di bawah pimpinan Khalifah Ali bin Abi Thallib dan menjadi oposisi.
Madzab Akidah
Sejak Rasulullah wafat, kaum muslimin masih dalam satu manhaj dalam bidang ushuluddin, namun kemudian muncul bid’ah akidah. Tiga madzab siyasah diatas menjadi titik awal terbentuknya madzab mazhab dalam bidang akidah. Madzab di bidang akidah berlanjut semakin banyak. Hal ini terjadi pada masa akhir sahabat. ( Refrensi: Khazanah Aswaja/Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur/1 Oktober 2016/SabdaNews.com)