LAMONGAN.SabdaNews.com – Anggota DPRD Jatim asal Fraksi Partai NasDem asal Dapil Lamongan-Gresik Dr Ahmad Iwan Zunaih menggelar sosialisasi empat pilar moderasi beraĺgama dengan Ikatan Alumni Darul Ma’arif (IKADAMA) di Kantor Ranting NU Desa Payaman Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan, Sabtu (12/42/2025) kemarin.
KH Hakim Rahman selaku ketua yayasan Pondok Pesantren Darul Ma’arif Payaman, Solokuro, Lamongan daln alumni yang tergabung dalam sambutannya mengaku bersyukur karena bisa bersikaturrahim dengan Gus Iwan sapaan akrab Ahmad Iwan Zunaih bersama IKADAMA di saat bulan Syawal sehingga bisa sekalian Halal Bihalal.
Apalagi, kata Kiai Hakim tema yang diangkat dalam pertemuan ini sangat kontekstual, yakni moderasi beragama. Mengingat, dalam beberapa tahun terakhir nama baik pondok pesantren sempat tercoreng karena ulah oknum yang berusaha merongrong Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Kita tahu bahwa para ulama dan kiai-kiai pesantren itu adalah pejuang dan ikut mendirikan bangsa Indonesia dari dulu hingga sekarang. Namun hanya karena ulah segelintir oknum yang membuat gerakan radikal (teroris) berbasis pesantren sehingga nama baik pesantren secara umum juga ikut tercoreng,” jelasnya.
Sementara itu, Dr Ahmad Iwan Zunaih menegaskan bahwa Moderasi Beragama itu beda dengan Moderasi Agama. Tema ini juga sesuai dengan intruksi Gubernur Khofifah Indar Parawansa yang meminta untuk menjaga stabilitas dan memperkuat kerukunan antar umat beragama di Jawa Timur.
“Moderasi Beragama itu menyangkut sikap kita beragama itu bagaimana? Islam itu sudah moderasi karena menganjurkan umatnya untuk selalu bersikap di tengah-tengah (ummatan wastho),” jelas Gus Iwan.
Salah satu tokoh pemikir Islam yang banyak menjadi rujukan moderasi beragama di Indonsia bahkan dunia, lanjut Gus Iwan adalah Muhammad Abduh seorang mufti Mesir yang hidup pada 1849-1905 dengan karya terkenal Risalat al Tawhid (teologi persatuan).
Ironisnya, sebagian kecil muslim di Indonesia ada yang terpengaruh pemikiran tokoh Islam lainnya yang tidak berpegang pada pemikiran Al Islamu Mahjubun Bil Muslimin (kejayaan Islam itu tertutup oleh sikap dari orang Islam sendiri). Akibatnya jika kelompok mereka berbeda dengan orang Islam yang lain dihukumi kafir sehingga cenderung menjadi radikal, padahal islam selalu mengingatkan akan dakwah yang hasanah.
“Kelompok ini kemudian dikenal menjadi kelompok takfiri karena suka mengkafirkan orang islam yang berbeda paham dengan mereka,” beber menantu KH Abdul Ghofur pemangku Ponpes Sunan Drajat Lamongan.
“Itulah kenapa Moderasi Beragama itu penting untuk ditanamkan bagi seluruh warga negara Indonesia,,” tegas politikus asli Dukun Gresik ini.
Sebagaimana pesan Gubernur Khofifah di berbagai kesempatan, lanjut Gus Iwan, untuk menjaga moderasi beragama itu diperlukan 4 prinsip yang harus dipedomani oleh seluruh umat beragama.
“Pertama, menjaga komitmen kebangsaan (Hubbul Wathon Minal Iman). Makanya jangan suka eker- ekeran dengan sesama orang Islam dan jangan mudah terpengaruh isu dan tipu daya karena mereka itu sebenarnya ingin merusak Islam,” bebernya.
Kedua, toleransi dengan saling menghormati keyakinan orang lain yang berbeda agama. Ketiga, dalam berdakwah sampaikan dengan lemah lembut (mauidhoh hasanah).
Dan keempat, menghormati dan menghargai budaya lokal (kearifan lokal). Gus Iwan mencontohkan bahwa Tahlil, Istighotsah, Sedekah Bumi itu bagian dari budaya sehingga perlu dilestarikan.
“Islam datang bukan untuk merubah budaya tapi memberikan nilai agar budaya itu sesuai dengan ajaran Islam. Jadi apapun yang tidak menyimpang ajaran Islam itu tidak apa-apa,” jelasnya.
Anggota Komisi A DPRD Jatim itu secara khusus juga mengingatkan perlunya memperhatikan kualitas pendidikan islam. Mengingat, lulusan sekolah di Jatim belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
“Pendidikan kita belum baik baik saja sehingga IPM (Indek Pembangunan Manusia) Jawa Timur tak kunjung meningkat secara signifikan,” dalihnya.
Rektor Universitas Sunan Drajat itu menilai lembaga pendidikan saat ini sengaja dibikin hanya memprioritaskan kemampuan keilmuan semata.Sehingga makin jauh dari prinsip prinsip yang telah diajarkan Islam.
“Sing penting iku bener bukan pinter. Pinter tapi tidak bener nanti bisa keblinger,” tegas Gus Iwan Zunaih.
Ia menyitir Quran Surat Aljumat yang mengajarkan prinsip-prinsip pendidikan yang benar. Pertama adalah memperioritaskan keimanan sehingga perlu ditanamkan dengan baik (yatlu alaihim ayatihi). Berikutnya adalah akhlak atau moral (wayuzakkihim). Dan terakhir barulah ilmu (wayuallihumul kitaba).
Di ayat yang lain, kata Gus Iwan, Alquran juga menyatakan dengan makna yang hampir sama yaitu, Yarfaillahulladzina amanu minkum wallladzina uutul ilma darojat.
“Realita yang kita jumpai sekarang, justru banyak lembaga pendidikan berlomba lomba memberikan penghargaan berupa spanduk dan baliho jika ada anak didiknya yang mendapat prestasi di bidang matematika, IPA dan lain sebagainya. Sebaliknya, siswa yang berakhlak baik justru tak pernah diberi penghargaan,” pungkasnya. (pun)