SUMENEP.SabdaNews.com – Kabupaten Sumenep dikenal memiliki potensi sumber daya alam yang beragam. Apalagi potensi kemaritiman (kelautan) yang melimpah lantaran memiliki ratusan pulau sehingga sebagian besar penduduknya bermata pencahariam sebagai petani dan nelayan.
Diantara produk unggulan Kabupaten Sumenep yang dikenal luas adalah minyak dan gas, perikanan tangkap maupun perikanan budidaya, garam, kerajinan keris dan rumput laut.
Bahkan besarnya produk rumput laut Sumenep bukan hanya dikenal di Jawa Timur tetapi juga menembus pasar nasional dan mancanegara sehingga rumput laut dijuluki sebagai Mutiara Hijau karena begitu besar sumbangsihnya terhadap kesejahtetaan masyarakat setempat.
Salah satu sentra budidaya rumput laut di ujung Timur Pulau Madura adalah di Deaa Tanjung Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep. Bahkan para pekerjanya bukan dari desa setempat tetapi juga warga dari desa di sekitar Desa Tanjung.
Jamilah, perempuan berusia 27 tahun asal tetangga Desa Tanjung mengaku senang bisa bekerja sebagai pengolah panen dan pembibitan sehingga bisa menambah perekonomiam keluarga.
“Kalau memasang bibit rumput laut itu berdasarkan berapa panjang yang didapat. Biasanya, setiap 3-4 meter dibayar Rp.2000. Kalau hasil panennya bagus ya semakin banyak uang yang bisa dibawa pulang,” kata Jamilah saat ditemui Selasa (26/12/2023).
Perempuan berjilbab ini mengaku bayaran yang mereka terima tidak terlalu besar karena pekerjaan yang dilakukan hanyalah mengikat kembali bibit rumput laut yang akan dibudidayakan setelah dipanen.
“Yang penting itu kami bisa langsung dibayar setelah pekerjaan selesai. Makanya pekerjaan ini didominasi kaum perempuan. Hitung hitung bisa jadi pekerjaan sampingan daripada diam di rumah,” kelakar perempuan murah senyum ini.
Di tempat yang sama, Rudi salah satu petani budidaya rumput laut mengaku bahwa budidaya rumput laut itu cukup mudah dan tidak terlalu memakan waktu. Pasalnya, kita tinggal mengikat rumput laut di rumpon yang terbuat dari bambu berukuran 8-10 meter persegi.
“Setelah itu kita biarkan terendam air laut selama 30-35 hari sudah bisa dipanen,” jelas Rudi.
Hasil panen budidaya rumput laut, lanjut Rudi sangat bergantung pada kondisi alam dan cuaca.
“Kalau cuaca lagi mendukung setiap rumpon (keramba) bisa panen hingga 1 ton. Sebaliknya jika cuaca tak baik hanya bisa mendapat 3-5 kwintal per rumpon,” ungkap pria paruh baya ini.
Soal pasar, kata Rudi pihaknya tidak mengalami kesulitan karena banyak tengkulak di sekitar sini. Kebanyakan hasil rumput laut dari Tanjung ini dijual ke Bali karena disana ada pabrik pengolahan rumput lain.
“Kendala yang kami alami itu tidak adanya patokan harga standart. Kalau lagi tinggi bisa dikisaran Rp.15 ribu – Rp.20 ribu perkilogram. Tapi kalai anjlok harganya tinggal Rp.4 ribu – Rp.5 ribu perkilogram,” ungkap Rudi.
Hukum pasar yang berlaku pada komoditas rumput laut selama ini, kata Rudi bergantung pada kadar air atau kekeringan. Sehingga bantuan mesin pengering sangat diharapkan.
“Ya mirip, jagung dan tembakaulah Mas. Kalau kadar airnya rendah ya dihargai tinggi. Sebaliknya jika kadar airnya tinggi maka harganya rendah,” dalih Rudi.
Diakui Rudi, budidaya rumput laut itu sangat membantu kehidupam para nelayan. Terutama saat musim angin dan ombak dimana mereka tidak bisa melaut tapi masih bisa mendapatkan uang dengan bekerja membantu proses budidaya rumput laut.
“Pekerjaan budidaya rumput laut itu bisa menjadi kerja sampingan bagi para nelayan,” tegas Rudi.
Ditambahkan Rudi, budidaya rumput laut yang terbaik itu berada di pesisir pantai yang berbatu atau karang. Oleh karena itu tidak semua wilayah pesisir pantai di Sumenep cocok digunakan untuk budidaya rumput laut.
Ia berharap pemerintah bisa membantu penyediaan bibit rumput laut yang unggul sehingga produktivitas rumput laut Kabupaten Sumenep khususnya asal Desa Tanjung bisa meningkat.
“Kalau produktivitasnya meningkat tentu tingkat kesejahteraan petani dan nelayan juga ikut meningkat,” kata Rudi.
Terpisah, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Timur, Muhammad Isa Ansori menyebut 52,88 % total produksi perikanan budidaya di Jatim berasal dari rumput laut.
Sedangkan luas potensi budidaya rumput laut di Kabupaten Sumenep, kata Isa kurang lebih 243.254 hektare, luas eksisting 59.424 hektare, jumlah petani rumput laut sekitar 4.093 orang.
“Produksi budidaya rumput laut di Sumenep mencapai 686.657,08 ton. Sedangkan Nilai Produksi Budidaya setara dengan Rp.3.433.285.405.
Menurut Isa, peluang investasi budidaya rumput laut masih bisa ditingkatkan dan memiliki potensi usaha kelautan dan perikanan yang sangat menjanjikan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir, penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan devisa negara.
Di sisi lain, pihaknya juga berencana membangun laboratorium rumput laut kultur jaringan untuk menbantu petani dalam upaya penyediaan kebun bibit rumput laut.
“Selain itu penerapan cara budidaya ikan yang baik, penggunaan bibit unggul
dan pengembangan budidaya dalam satu kawasan,” jelas Isa Ansori.
Pemilihan lokasi yang sesuai dengan tata ruang daerah juga perlu didorong dengan adanya kebijakan daerah terkait kegiatan di daratan. Kemudian pembenahan tata niaga dan penguatan kelembagaan kelompok tani dan nelayan, serta memberikan akses permodalan melalui Bank Jatim atau Dana Bergulir (Dagulir).
“Peningkatan kualitas rumput laut hasil budidaya (kandungan karagenan, mutu hasil) melalui penerapan dan sertifikasi CBIB. Pengajuan PKK PRL (khusus Pengajuan PKK PRL) secara komunal di Kampung Rumput Laut akan kita galakkan,” pungkas Isa Ansori. (pun)