SabdaNews.com – Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), mengakui peran Nahdlatul Ulama mendukung arah kebijakan nasional terkait industri halal, dan mengidentifikasi strategi pembangunan industri halal di daerah, khususnya Jawa Timur.
“Nahdlatul Ulama berperan aktif dalam masalah produk-produk industri halal. Karena itu, saya mengucapkan terima kasih pada ISNU tidak hadir secara langsung tapi melalui daring. Saya kebetulan di Bali bersama Muslimat NU dan Fatayat NU, terkait dengan arah kebijakan industri halal di provinsi ini,” tutur Kepala BPJPH Haikal Hassan, dalam Pengajian Strategis dan Halal Bihalal digelar Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur, dikemas dalam Kajian “Penguatan Ekosistem Industri Halal Nasional dan Regional” pada Minggu, 27 April 2025 mulai pukul 08.00 WIB di Gedung Utama PWNU Jatim.
Kegiatan yang digelar ISNU Jatim, menghadirkan sejumlah tokoh. Di antaranya, Wakil Menteri Perindustrian H Faisol Riza, Prof M Mas’ud Said (PP ISNU), Prof KH M Afif Hasbullah (Ketua Plt ISNU Jatim), Prof Zumrotul Mukaffa (UINSA), Prof Umi Sumbulah (UIN Maliki), dan sekitar 250 aktivis ISNU se-Jatim, yang hadir hibrid dalam forum tersebut.
Dari jajaran PWNU Jatim, hadir Dr Ir H Mohamad Koderi (Wakil Sekretaris PWNU Jatim) dan KH Ahsanul Haq (Katib Syuriah PWNU Jatim. Tampak pula Prof M. Mashuri (ITS) dan sejumlah tokoh lainnya dari pelbagai perguruan tinggi di Jatim.
Dijelaskan Haikal Hassan, pihaknya telah bertemu dengan KH Yahya Cholil Staqut (Ketua Umum PBNU) dan KH Said Aqil Siroj (Mantan Ketua Umum PBNU) guna membahas persoalan produk-produk industri halal.
“Sebagai organisasi yang menaungi sebagian besar umat Islam di Indonesia, dukungan NU atas kebijakan idustri halal sangat diperlukan untuk memberi kesadaran kepada masyarakat secara luas,” tutur Haikal Hassan, yang hadir secara daring, diikuti sejumlah cabang yang bisa hadir di lokasi kegiatan, dipandu Siti Nur Husnul Y, didampingi Mochammad Solikudin (Bank Jatim Syariah) dan Prof Setiawan (ITS).
Haikan menambahkan, data populasi penduduk Muslim terbesar, seperti Indonesia (229 Juta), Pakistan (200 Juta), India (195 Juta), Bangladesh (153 Juta) dan Nigeria (99 Juta).
“Transaksi produk industri halal telah menjadi isu global, bukan hanya di negara-negara yang berpenduduk Muslim. Di negara seperti AS pun, ditantang dengan perlu produk-produk halal. Standarisasi produk halal dalam kancah global telah berlaku,” tuturnya.
Sertifikasi Halal Berlaku Global
Dalam sambutannya, Faisol Reza mengatakan sertifikasi produk halal sudah ada aturanya. Kementrian Peristrian dan Perdagangan RI mendukung adanya sertifikasi halal.
“Jika produk kita sudah disertifikasi halal maka produk Indonesia akan bisa laku di mancanegara. Semoga kegiatan memberikan manfaat, guna memperkuat kebersamaan umat Islam di Indonesia dan dunia, khususnya di Jawa Timur,” tuturnya.
Ia menambahkan, “Kita harus terus menjaga silaturahmi dan memperkuat ikatan persaudaraan agar umat Islam dapat menjadi lebih kuat dan bersatu”.
Pada kesempatan itu, Prof HM Mas’ud Said, berpesan, halal bihalal bertujuan untuk mempererat silaturahmi dan memohon maaf kepada sesama.sarjana dari berbagai daerah dengan disiplin ilmu yang berbeda.
“Dengan acara ini, kita dapat memperkuat ikatan persaudaraan dan memulai lembaran baru dengan hati yang bersih, momen masih Hari Raya Idul Fitri ini untuk menjalin silaturahmi,” tutur Direktur Pascasarsaja Universitas Islam Malang (UNISMA).
Mas’ud Said menambahkan pengkaderan ISNU sering dilakukan agar sarjana ISNU berjuang dan berkembang untuk kemaslahatan umat” katanya.
Dukung Jatim Gerbang Baru Nusantara Baru
Prof Dr KH Afif Hasbullah, Plt Ketua PW ISNU Jatim, mengungkapkan sejumlah permasalahan menjadi perhatian penting organisasi yang dipimpinnya. Seperti soal arah kebijakan nasional terkait industri halal, dan mengidentifikasi strategi pembangunan industri halal di daerah, khususnya Jawa Timur.
“Kita membangun sinergi antara pemerintah pusat, daerah, perbankan, dan pelaku industri dalam pengembangan industri halal. Sekaligus, menyusun rekomendasi strategis untuk mempercepat pertumbuhan industri halal nasional dan regional,” tutur Prof Afif Hasbullah, Ketua Yayasan Universitas Islam Darul Ulum (UNISDA) Lamongan.
“Jawa Timur memiliki potensi besar dalam produksi bahan baku halal, seperti produk pertanian, perikanan, dan peternakan,” Kiai Afif, yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Matholi’ul Anwar, Karanggeneng, Lamongan.
Diingatkan Kiai Afif, visi Jawa Timur untuk menjadi “Gerbang Nusantara Baru” semakin memperkuat urgensi pengembangan industri halal di provinsi ini. Sebagai salah satu pusat perdagangan dan ekonomi utama di Indonesia bagian timur, Jawa Timur memiliki infrastruktur dan konektivitas yang mendukung pertumbuhan industri halal yang berorientasi ekspor. (pun)