BOGOR.SabdaNews.com – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menghadiri pelantikan Prof. Dr. Arif Satria, SP, M.Si sebagai Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) periode 2023-2028 di Graha Widya Wisuda Kampus IPB Dramaga Bogor, Rabu (18/1/2023).
Sebagai Rektor IPB terpilih, Prof Dr Arif Satria dilantik langsung oleh Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) IPB Prof. Dr Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS di Sidang Paripurna Terbuka Majelis Wali Amanat IPB.
Turut pula menyaksikan langsung oleh Wakil Ketua MPR RI, Menkopolhukam dan beberapa jajaran Menteri di Kabinet Indonesia Maju, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, beberapa Gubernur, Bupati, Walikota, serta para anggota MWA IPB.
Usai menghadiri pelantikan tersebut, Gubernur Khofifah menyampaikan selamat atas dilantiknya Prof. Arif Satria sebagai rektor IPB untuk kedua kalinya. Menurutnya, Prof. Arif Satria merupakan sosok yang mampu membawa IPB melesat menjadi kampus terkemuka di Indonesia dengan berbagai inovasinya.
“Beliau orang yang memiliki catatan prestasi spesial sebagai pribadi maupun sebagai pemimpin lembaga. Bersama Prof. Arif, IPB mampu terus menghasilkan inovasi yang berkontribusi bagi kemajuan bangsa,” katanya.
Khofifah mengatakan, Prof. Arif Satria membawa kemajuan IPB melalui kerja-kerja nyata dari tingkat bawah dalam semua aspek. Ini membuat prestasi IPB ada di semua hal, mulai dari sisi akademik, kemahasiswaan, tata kelola hingga jejaring kerjasama yang sangat luas.
“Atas nama masyarakat Jatim, kami mengucapkan selamat kembali mengemban amanah sebagai Rektor IPB. Semoga Allah SWT memberikan keberkahan, kelancaran, keselamatan. Dan semoga di bawah kepemimpinan Prof. Arif, IPB semakin maju dan terus berkontribusi lebih besar bagi Indonesia,” ungkapnya.
Menurutnya, saat ini sektor pertanian mengalami tantangan yang cukup signifikan terutama karena perubahan iklim global. Berbagai analisis menunjukkan ancaman krisis pangan yang dialami oleh umat manusia. Indonesia dapat mengambil peluang tersebut dengan menjadi kekuatan baru di sektor pangan.
Untuk itu, dia berharap IPB mampu hadir memberikan solusi dan inovasi dalam pengembangan sektor pangan. Apalagi diperlukan intervensi sains atau akademik untuk membantu petani Indonesia dalam mengatasi berbagai hambatan serta meningkatkan hasil panen.
“Kami berharap IPB mampu menghasilkan insan pertanian yang mampu memberikan perubahan dengan ide-ide baru yang segar. Pertanian tidak bisa lagi dilakukan dengan cara-cara tradisional, sekarang lebih kompleks. Tidak hanya urusan menanam tetapi ada urusan lain seperti hulu hilirnya sampai pemasaran produknya,” harap Khofifah.
Orang nomor satu di Jatim ini juga berharap bisa terus membangun kerjasama dengan IPB ke depannya seperti yang selama ini telah dilakukan antara Pemprov Jatim dan IPB.
“Kami butuh IPB untuk mendukung penguatan Jatim dalam bidang pertanian dan pembangunan Desa. Dengan terpilihnya Prof Arif kami berharap kerjasama yang sudah berjalan dapat berlanjut dan dikembangkan pada hal-hal lain yang terkait lainnya,” katanya.
Pemprov Jatim dan IPB, lanjut Khofifah, telah memiliki Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani Gubernur Khofifah dan Rektor IPB pada Januari 2022 lalu. MoU tersebut berisi kerja sama di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan pengembangan SDM.
MoU ini sekaligus menjadi bagian penguatan program One Village One CEO. Program One Village One CEO adalah sebuah program yang akan mampu mengidentifikasi lebih detail kekhususan yang dimilki sebuah desa dengan managerial skill yang lebih bagus. Harapannya, ke depan akan dapat mendorong desa tersebut menjadi desa maju dan mandiri.
“Program ini melibatkan penuh perguruan tinggi untuk membantu desa dalam mengembangkan potensi, menggali ide, menganalisis lingkungan dan juga membantu para pelaku ekonomi di desa untuk merencanakan bisnis berbasis potensi desa,” jelasnya.
Tidak hanya itu, kerjasama antara IPB dan Pemprov Jatim juga telah berlangsung lama dan berjalan cukup baik. Diantaranya, pengembangan varietas padi IPB3S di Banyuwangi, Malang dan Blitar.
Kemudian pengembangan inovasi nanas PK1 di Kediri, dan pengembangan sekolah peternakan rakyat di Bojonegoro dan Jombang. Serta pengembangan teknologi fine Buble untuk udang, dan inovasi untuk limbah plastik diolah dengan teknologi dari IPB menjadi sumur resapan di Lamongan.
Nanas PK-1 ini merupakan produk holtikultura lokal unggulan Jatim besutan IPB yang dikembangkan di Kecamatan Ngancar, Kediri. Nanas tersebut memiliki keunggulan dengan rasanya yang manis, tidak berduri tajam dan bisa dikonsumsi dengan tanpa dikupas. Nanas PK-1 ini bahkan sudah diekspor ke Singapura dan Jepang.
“Cara mengupas nanas ini juga cukup mudah tidak seperti nanas lainnya. Bahkan duri di kulitnya juga tidak tajam. Soal rasa, sangat enak dan segar. Jadi kualitas nanas ini sangat luar biasa,” katanya.
Pengembangan riset dan inovasi di sektor pertanian ini, lanjut Khofifah, menjadi bagian dari komitmen Jatim dalam mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan.
“Kami terus mendukung pengembangan varietas pertanian lokal agar bisa menghasilkan produk-produk pangan yang berkualitas. Karena kita ingin mendorong terwujudnya ketahanan pangan,” jelasnya.
Sementara itu, Rektor IPB Prof. Dr. Arif Satria, SP, MSi mengatakan, saat ini tantangan yang dihadapi berbeda dengan tahun sebelumnya. Saat ini perubahan berlangsung begitu cepat. Kecepatan perubahan ini adalah menjadi keniscayaan. Ada perubahan yang datang tiba-tiba adapula yang direncanakan.
“Hal ini mendorong kemampuan kita beradaptasi menjadi keniscayaan agar kita bisa benar-benar merubah cara kerja kita, merubah cara pikir kita. Untuk itu konsep ketangguhan atau resiliensi jadi penting. kemampuan kita untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kesiapan untuk bisa merespons perubahan ini sangat penting,” katanya.
Untuk itu, lanjutnya, visi IPB 2023-2028 yakni menjadi perguruan tinggi yang inovatif dan resilien untuk kemajuan bangsa yang berkelanjutan dalam membangun _techno-socio entrepreneurial university_ yang unggul di tingkat global pada bidang pertanian, kelautan dan biosains tropika.
“Techno-socioentrepreneurial university ini menggabungkan business enterprise dan social enterprise dan gabungan technopreneurial university dan sociopreneurial university,” katanya.
Saat ini IPB juga sedang mengembangkan IPB Innovation valley yang menggabungkan konsep riset, pendidikan wisata pembelajaran oetani dan bisnis dimana kata kuncinya adalah riset dan inovasi.
IPB, lanjutnya, juga membangun banyak Community learning center dengan banyak program seperti One Village One CEO, Desa Presisi, Sekolah Peternakan Rakyat, Agribusiness Technology Park, Tani Center, Nelayan Center, IPB Innovation Valley dan Kuliah Kerja Nyata.
“Hal ini membuat IPB telah hadir di 4.258 desa di 29 provinsi di Indonesia. Artinya IPB sudah hadir di 5,7 persen desa di Indonesia. Kemudian program One Village One CEO ini CEO nya adalah para mahasiswa dan alumni IPB yang telah ada di 439 desa di 33 kab/kota di 9 provinsi. Sebagian sudah ekspor ke 11 negara,” pungkasnya. (pun)