SabdaNews.com – Masih tingginya angka inflasi Propinsi Jawa Timur mengacu pada data rilis Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, nampaknya menjadi perhatian serius Fraksi Partai Gerindra DPRD Jawa Timur.
Terlebih tingkat inflasi Jatim (year on year) per November 2022 sudah menyentuh angka 6,62 % atau di atas tingkat inflasi nasional yang hanya sebesar 5,42%. Bahkan month to month sepanjang Januari hingga November, inflasi Jatim juga di atas nasional yakni sebesar 5,88 %.
Tak ayal, ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Jatim Muhammad Fawait pun khawatir jikalau Pemprov Jatim gagal mengerem laju inflasi maka tahun depan, tingkat inflasi di Jatim akan semakin tinggi dan sulit dikendalikan.
Bahkan Presiden RI Jokowi sudah mewanti-wanti dan mengintruksikan kepada para kepala daerah untuk melakukan antisipasi inflasi karena tahun 2023 perekonomian akan gelap atau tidak dalam kondisi baik.
“Karena itu Fraksi Partai Gerindra punya tanggungjawab untuk mengingatkan Gubernur Jatim agar lebih fokus dalam upaya antisipasi inflasi agar roda pembangunan di Jatim bisa berjalan dengan baik,” tegas politikus asal Jember, Jumat (2/12/2022).
Menurut Gus Fawait sapaan akrab Muhammad Fawait, salah satu penyumbang terbesar angka inflasi di Jatim adalah sektor pangan. Hal ini tentu menjadi pertanyaan besar lantaran Jatim selama ini dikenal sebagai lumbung pangan nasional.
“Sudah seharusnya Pemprov Jatim lebih fokus atau memberi ruang kebijakan yang menjadi prioritas di sektor pangan seperti pertanian, peternakan hingga perkebunan,” harapnya.
Di sisi lain, lanjut Fawait jika Pemprov Jatim memberikan ruang lebih kebijakan pada sektor pangan maka secara otomatis juga berdampak pada pengurangan angka kemiskinan di Jatim.
“Persoalan krusial di Jatim yang hingga kini belum terpecahkan adalah masalah kemiskinan. Mayoritas kemiskinan itu ada di masyarakat pedesaan yang notabene mata percahariannya adalah sebagai petani dan buruh tani,” beber alumnus paska sarjana Unair ini.
Fraksi Partai Gerindra, kata Gus Fawait ke depan juga akan lebih fokus menyuarakan dan mengawal kebijakan di sektor pangan melalui parlemen kepada Pemprov Jatim supaya belanja pemerintah lebih diprioritaskan pada sektor pangan agar inflasi bisa ditekan dan kemiskinan juga bisa dikurangi.
Bahkan, Gus Fawait optimis Jatim mampu memberikan sumbangsih lebih pada swasembada pangan nasional melalui berbagai komoditas pangan.
“Berbagai pengamat sudah memprediksi bahwa 10-20 tahun kedepan, pangan adalah senjata (food is weapon) dalam persaingan global. Artinya, negara yang bisa menguasai atau memproduksi pangan akan menjadi negara yang kuat,” ungkap Presiden Laskar Sholawat Nusantara ini.
Sekedar diketahui, berdasar rilis BPS, penyumbang inflasi terbesar di Jatim berasal dari kelompok pangan. Misal, sepeti telur ayam ras, tomat, beras, tempe, tahu dan kedelai. Naiknya sejumlah harga pangan tersebut disebabkan stok yang mulai menipis dan ketergantungan terhadap import. (tis)