SabdaNews.com – Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut 1, Luluk Nur Hamidah berkomitmen akan memberikan perhatian khusus bagi perkembangan Madura jika terpilih menjadi Gubernur Jatim periode 2024-2029.
Dalam roadshow politiknya, Luluk mendatangi kediaman Pengasuh Ponpes Al Aziziyah, Sebaneh, Kelurahan Bancaran, Bangkalan Madura, Sabtu (28/9/2024). Luluk menyampaikan misinya membangun Madura ke depan.
Dia menjelaskan Madura merupakan salah satu daerah yang bepotensi menjadi epicentrum perekonomian nasional dengan berbagai kelebihannya. Satu syarat, jika pengelolaannya benar.
Mempunyai nama lain Pulau Garam, Luluk mengatakan Madura masih belum bisa menjadi tuan rumah untuk ketersediaan garam nasional. Kebutuhan garam nasional masih tergantung dari produk impor. Jumlahnya pun dia katakan ugal-ugalan.
“Ketika Mbak Luluk di DPR RI, kami ini tidak kurang-kurang menanyakan komitmen kepada pemerintah. Kenapa kok kita ini tidak bisa menyelamatkan garam Madura sehingga menjadi tuan di rumahnya sendiri. Kenapa kita ini masih mengimpor garam dalam jumlah triliunan setiap tahun,” kata Luluk.
“Impor garam kita ini ugal-ugalan, dan itu kita datangkan antara lain dari India dari Australia. Sementara yang di depan mata kita nih, Madura sebelahnya Surabaya Itu juga bisa menghasilkan garam yang sangat bagus, dengan kualitas yang bagus,” lanjutnya.
Jebolan Lee Kuan Yew School of Public Policy ini mengatakan, pemerintah sering berdalih bahwa produksi garam Madura masih belum memenuhi syarat yang diinginkan. Pemerintah menilai NACL garam Madura belum sampai 97% sehingga tidak mencapai kriteria kebutuhan garam industri.
“Lalu dalam pemikirannya Mbak Luluk, kenapa kemudian kita tidak hadir memberikan kebijakan yang berpihak,” ujarnya.
Jika demikian alasanya, Luluk berkomitmen memberikan fasilitas bagi perkembangan kualitas garam Madura. Pihaknya menginginkan garam Madura menjadi komuditas unggulan yang mampu memenuhi minimal kebutuhan industri garam nasional.
“Kami ingin memberikan dukungan anggaran yang memadai, memberikan dukungan teknologi, memberikan dukungan sarana dan prasarana, memberikan pusat-pusat pelitian, memberikan subsidi untuk transportasi, sehingga Garam Madura bukan hanya untuk konsumsi,” tegasnya.
“Jadi hasil penelitiannya ada, bahwa Indonesia mampu menghasilkan garam industri,” jelasnya.
Selain garam, masih kata Luluk, hal turut menjadi fokus perhatiannya yakni pertanian jagung. Luluk meyakini bahwa pertanian jagung di Madura berpotensi kuat mengangkat perekonomian masyarakat. Pulau yang terkenal akan budaya kerapan sapi ini akan dijadikannya sebagai daerah penghasil jagung utama.
“Sehingga dari situ warga Madura bisa sejahtera. Karena apa? Karena bisa keserap untuk industri. Karena bahan baku untuk pakan ternak Itu jagung,” katanya.
Lagi-lagi Luluk mengatakan untuk ketersediaan jagung dalam negeri, pemerintah masih menggantungkan nasibnya terhadap ketersediaan impor. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan letak geografis sebagai daerah agraris.
Untuk menjadikan Madura sebagai lumbung jagung, tentunya kata Luluk, keberpihakan pemerintah dalam menentukan kebijakan harus sejalan dengan semangat tersebut.
“Itu disokong dan difasilitasi, baik sarana produksinya, irigasinya. Kemudian juga subsidi transportasinya, sampai kemudian dengan alat olah jagung,” pungkasnya. (tis)