9
GRESIK ,SabdaNews.com- Tidak semua perpisahan harus diselimuti haru pilu. Di Desa Sukorejo, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, perpisahan justru diliputi suka cita, cinta, serta karya penuh makna. Di pangkuan panggung sederhana balai desa, mahasiswa BBK 6 Unair sukses menutup pengabdian dengan prasasti penuh asa. Itulah sepenggal kalimat yang dapat merepresentasikan kesan pada program kerja terakhir mahasiswa BBK (Belajar Bersama Komunitas) ke-6 dari Universitas Airlangga, Surabaya. Acara yang digelar pada Selasa, 29 Juli 2025 sekaligus menjadi ucapan ‘sayonara’ dari mahasiswa BBK kepada seluruh warga di Desa Sukorejo.
Melalui acara tersebut, para mahasiswa berhasil menutup pengabdiannya dengan cara yang tak biasa, melainkan pertunjukan seni dengan menggandeng potensi warga desa. Pentas seni ini dibungkus dalam sebuah acara bertajuk “Gelar Kreasi Sukorejo”. Pentas ini bukan sekadar hiburan, melainkan panggung kebersamaan sebagai ruang bagi anak-anak, pemuda, hingga ibu-ibu PKK untuk unjuk gigi dalam suasana kekeluargaan.
“Gelar Kreasi Sukorejo” dibuka dengan proses pemotongan tumpeng nasi kuning.
Melalui sepotong tumpeng yang terbelah di atas nampan doa membuka malam bukan dengan kata, tapi dengan makna. Di dalam sesuap nasi, seolah menjelaskan bahwa perpisahan layak dirayakan. Prosesi simbolik tersebut dilanjutkan dengan penyerahan plakat sebagai cinderamata sebuah lambang sederhana dari perjumpaan yang akan selalu diingat.
Balai desa yang semula riuh menjadi hening. Beberapa warga menyeka air mata, mahasiswa saling menepuk bahu.
“Kami pulang membawa lebih banyak dari yang kami bawa datang. Desa ini telah menjadi rumah kecil tempat kami belajar banyak hal. Seluruh program yang kami jalankan bukan sekadar rutinitas tetapi cermin dari semangat kami: bersama desa, membangun asa,” ujar Devi sang Koordinator Mahasiswa BBK 6 Unair penuh haru.
Kalimat itu, tidak hanya sebagai tabir penutup di malam perpisahan, melainkan mengikat seluruh perjalanan yang penuh makna. “Gelar Kreasi Sukorejo” tak sekadar menandai usainya masa pengabdian para mahasiswa, melainkan jembatan antara ruang akademik dengan masyarakat desa. Setelah ini, mahasiswa akan kembali dengan mata berkaca-kaca hanya mengingat masa pengabdian melalui ingatan serta foto-foto di album kenangan. “Malam itu, panggung desa bukan hanya milik kami, tetapi milik semua yang pernah bermimpi, berkeringat, dan tersenyum bersama” – dari mahasiswa BBK 6 Universitas Airlangga”. (gus/red)