JOMBANG,SabdaNews.com – Polemik dualisme PBNU muncul karena perselisihan kepemimpinan antara kubu Gus Yahya (Ketua Umum petahana) dan kubu Syuriyah yang menetapkan Pj Ketum baru (Zulfa Mustofa) melalui pleno, menimbulkan ketidakjelasan status pengurus, perdebatan legalitas AD/ART, dan ancaman ke ranah hukum.
Melihat kondisi tersebut ketua PW Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) Jawa Timur, KH. Roisudin Bakri, merasa perihatin dan meminta masing-masing pihak yang bertikai untuk menahan diri dan menjaga keutuhan jam’iyah.

“Tentunya sebagai santri Tebuireng, kami sangat perihatin dan meminta semua pihak mengedepankan keutuhan NU,” ujar pria yang akrab disapa H. Rois setelah mengikuti Pengajian Alumni dan Launching Kitab (rangkaian acara Haul Gus Dur ke-16) di Masjid Pesantren Tebuireng Rabo (17/12/25).
Menurutnya, sikap mengedepan keutuhan NU telah dicontohkan oleh KH. Sholahudin Wahid (Gus Sholah) saat muktamar NU 33 di Jombang. “Muktamar 33 Jombang tahun 2015 terindikasi cacat hukum, Gus Sholah dikalahkan dengan cara-cara yang melanggar AD/ART,” imbuhnya.

Oleh karena itu mayoritas pengurus cabang saat itu memberikan amanat kepada Gus Sholah untuk melakukan gugatan secara hukum. “Akan tetapi, meskipun dengan dukungan suara mayoritas dan pemerintah saat itu, beliau menahan diri dengan satu tujuan agar NU tidak pecah,” tegasnya.
Oleh karena sekali lagi, H. Rois berharap semua Pihak yang bertikai untuk mencontoh Gus Sholah. “Terlepas siapa yang benar atau salah, siapa yang paling kuat atau paling lemah, kalau resikonya NU pecah, tentu ini sangat disayangkan dan sangat tidak kita inginkan,” pungkasnya dengan nada serius. (Syafik Hoo/Luk)
