SabdaNews.com – Kendati pelaksanaan pemilihan gubernur (Pilgub) Jatim baru akan dilaksanakan pada November 2024. Namun baru nama Khofifah Indar Parawansa sebagai calon incumbent yang sudah deklarasi sehingga dapat dipastikan akan maju kembali di Pilkada serentak mendatang.
Kepastian Gubernur Jatim 2019-2024 itu maju kembali karena Khofifah sudah mengantongi rekom dari empat parpol, yakni PAN, Partai Golkar, Partai Demokrat dan Partai Gerindra. Namun hanya Partai Demokrat yang rekomendasinya menyebut nama pasangan calon yaitu Khofifah dan Emil Dardak.
Sedangkan tiga parpol lainnya, yakni PAN, Partai Golkar dan Partai Gerindra dalam rekomendasinya hanya menyebut nama calon gubernur yaitu Khofifah Indar Parawansa. Sehingga Bacawagub pasangan Bacagub Khofifah masih menjadi tanda tanya besar!
Dari kacamata Pilpres lalu, sudah hampir dipastikan kalau Partai Gerindra memberikan rekom kepada Khofifah tanpa ada persyaratan. Mengingat, Khofifah sudah berjuang keras memenangkan pasangan Prabowo-Gibran hingga meraup 16,7 juta suara atau 65,19% di Jatim.
“Meskipun suara Partai Gerindra terbesar diantara parpol-parpol yang sudah memberikan rekom. Namun saya yakin Gerindra tak akan ngotot minta jatah Cawagub,” ujar Rofiqi pengamat politik dari Universitas Indonesia, Selasa (19/3/2024).
Pria asli Sumenep itu justru optimis kalau PKB dan PDI Perjuangan akan koalisi mengusung paslon Cagub-Cawagub untuk menjadi lawan Khofifah-Emil di Pilgub Jatim mendatang.
“Koalisi Ijo-Abang (Jombang) di Pilgub Jatim itu bisa linier dengan Pilkada Kabupaten/Kota dimana sebagian besar bupati dan walikota di Jatim saat ini merupakan kader PKB dan PDI Perjuangan,” tegas Rofiqi.
Ia mengakui peluang calon incumbent di Pilgub maupun Pilkada yang akan dilaksanakan serentak memiliki peluang besar untuk terpilih kembali atau menang. Sebab masa kampanye pilkada serentak cukup pendek, sehingga sosialisasi untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas paslon juga waktunya sangat terbatas waktunya.
“Incumbent itu bisa kalah jika masyarakat merasa tidak puas dengan kinerja incumbent selama memimpin daerah tetsebut tidak bagus, sehingga masyarakat ingin adanya perubahan kepemimpinan di daerah,” ungkap mantan jurnalis ini.
Tidak menutup kemungkinan, lanjut Rofiqi lawan Khofifah-Emil di Pilgub Jatim mendatang hanyalah paslon bayangan yang berangkat melalui jalur independent. Hal itu menjadi alternatif terburuk karena parpol-parpol yang belum merekomendasi Khofifah enggan melawan petahana sehingga mereka memilih ikut bergabung menjadi pengusung petahana jelang pendaftaran paslon ke KPU.
“Pasangan calon independent di Pilgub Jatim 2013, bisa saja terulang di Pilgub Jatim 2024. Namun itu sungguh naif karena sama halnya untuk menghindari calon petahana lawan bumbung kosong semata,” dalihnya.
Mungkinkah Khofifah-Emil pecah kongsi kemudian menjadi rival di Pilgub Jatim mendatang? Dengan lugas Rofiqi menyatakan bahwa kemungkinan itu sangat kecil karena perolehan suara Partai Demokrat di pemilu 2024 untuk DPRD Jatim turun tinggal 11 kursi sehingga butuh koalisi dengan parpol yang memiliki kursi lebih besar daripada Demokrat.
Di sisi lain, tipikal Emil Elestianto Dardak adalah teknokat bukan politisi murni sehingga mental petarungnya masih patut dipertanyakan.
“Kalaupun Partai Demokrat mendesak supaya Emil maju melawan Khofifah, saya kok ragu kalau Mas Emil berani menerima tawaran tersebut,” pungkas Rofiqi. (pun)