GRESIK,SabdaNews.com-Tidak banyak seniman perupa berlatar pesantren yang konsisten berkarya mengangkat tema-tema pesantren atau Islam tradisional bahkan termasuk dunia Muslim kontemporer.
Bahkan di dunia internasional sampai hari ini pun belum muncul sosok perupa (artist) yang diakui luas oleh art mainstream sebagai maestro seniman perupa dunia yang berkarya tentang tema-tema Islam. Berbeda dengan bidang sastra yang dunia telah sangat mengenal Rumi atau nama lengkapnya Jalāl ad-Dīn Mohammad Rūmī, juga dikenal dengan nama Jalāl ad-Dīn Mohammad Balkhī sebagai seorang penyair sufi Persia. Juga Rabiah Al-Adawiyah yang dikenal luas atas syair-syair sufi sebagai ekspresi kesucian dan kecintaannya terhadap Allah.
Dalam dunia arsitektur peradaban umat manusia bahkan telah mengakui nama Ahmad Lahauri sebagai arsitek Taj Mahal. Pada abad modern ini dunia juga telah mencatat nama Mahmud Fahmi, Hasan Fathi dan Sedat Hakki Eldem sebagai figur yang punya kontribusi penting dalam kemajuan arsitektur dunia.
Artinya, ini sebenarnya peluang di masa depan bagi Anas Sangaji untuk mengisi kekosongan ini. Kesempatan bagi Anas Sangaji untuk tumbuh berjuang sampai diakui sebagai sosok maestro dunia seni rupa yang mengangkat tema-tema Islam.
Jika seorang Pablo Picasso telah memulai debutnya sejak usia 9 tahun, Anas Sangaji setidaknya dalam usianya yang masih 14 tahun ini telah berani memulai langkah awalnya dalam dunia seni rupa dengan menggelar pameran tunggalnya yang pertama untuk karya-karyanya.
Pesona terbesar karya-karya Anas Sangaji terutama adalah pada kemampuan teknik abstrak dia yang vibratif, yang dipadu dengan gagasan-gagasan yang unik dengan sudut pandang yang personal.
Misalnya pada karya “Hajar Aswad”, Acrilyc on canvas 100 x 100 Cm, 2023, Anas Sangaji yang beberapa bulan lalu sebelum Ramadhan dia ke tanah suci untuk menjalankan ibadah umrah, pengalaman personal dia tentang makkah, kakbah, thawaf dan semua rangkaian ibadah yang telah dia jalani itu muncul secara apik dalam karyanya yang bernuansa meditatif. tulisan kaligrafi Arab yang berbunyi لَبَيْكَ اللَّهُمَّ لَبَيْكَ
“Labbaik Allahhumma Labbaik”, ditorehkan pada bidang bawah-separoh lingkaran yang menyatu dengan background abstrak sapuan kwas melingkar yang secara imajinatif bagian tengahnya seakan itu ruang sudut kakbah tempat menempelnya batu meterorid yang konon berasal dari surga yakni Hajar Aswad.
Bagian kaligrafi Arab yang mengingatkan saya pada teknik kaligrafinya pelukis senior Surabaya, Amang Rahman Zubair (almarhum), dikerjakan secara serius oleh Anas Sangaji yang bahkan mampu memberi kesan seolah tulisan tersebut bergerak ke kanan (berlawanan arah jarum jam), persis gerak melingkar dalam thawaf.
Jika biasanya seniman menggunakan simbol bangunan kubus kakbah untuk imajinya tentang ibadah haji khususnya thawaf atau paling beda dikit yakni pintu kakbah yang penuh ukiran emas, Anas Sangaji justru lebih memilih hajar aswad, sebongkah batu yang menjadi sasaran ciuman penuh kasih oleh umat Islam dari seluruh dunia. Pemilihan simbol ini tentu tidak bisa dianggap remeh, terlebih untuk seniman muda usia anak atau remaja seperti Anas Sangaji. Atau pada karya lain yang berjudul “Isra’ Mi’raj”, acrilyc on canvas, 50×50 Cm, 2023. Pada bagian kiri bawah bidang kanvas kaligrafi Arab محمد “Muhammad”
putih yang dikerjakan sedemikian rupa hingga tak terpisah dengan background abstrak warna biru muda, biru tua kehitaman dan beberapa warna lain. Bagian tengah bidang kanvas ternyata juga ada jejak kaligrafi Arab yang sama yakni محمد
“Muhammad” putih yang diblur, seperti imaji tentang teleportasi-time traveller melintasi dimensi wormhole dalam perjalanan Isra’ Mi’raj Rasulullah yang berlangsung hanya dalam semalam. Pada bagian seperempat kiri atas juga melintang sapuan garis warna putih menutup tiga perempat bidang seakan memberi imaji tentang perjalanan time traveller dengan teknologi buroq yang menakjubkan.
Terakhir karya yang juga patut diapresiasi tentu saja karya yang dipilih sebagai cover katalog dan poster pameran tunggal Anas Sangaji dalam rangka turut merayakan bulan menggambar nasional 2023 yang tahun ini mengambil tema “Gembira Menggambar” yakni karya yang berjudul “Kode Rahasia”, acrilyc on canvas, 40×30 Cm, 2023. Meski karya ini ukurannya tidak besar, namun ini karya penting dalam proses kreatif Anas Sangaji.
Bidang kanvas vertikal dibagi separoh bagian bawah biru tua, separoh atas dibagi lagi sepertiga kiri warna coklat tua dan dua pertiga bagian kanan warna kuning oker.
Setiap bagian yang terdiri tiga bidang warna ini ditoreh goresan (brush stroke) panjang-pendek semacam kode morse atau mungkin kode semacam logograf atau entah huruf-huruf baru yang dicipta oleh Anas Sangaji dengan tujuan entah apa.
Dan oleh karena sang seniman sendiri telah mengakuinya itu sebagai kode rahasia, maka kita tidak perlu mencari tahu rahasia di balik kode logograf tersebut. Kita hargai privasinya, dan biarlah ia tetap rahasia yang menarik, semacam The Da Vinci code. Salam Budaya, Arik S. Wartono *Kurator, Pendiri dan Pembina Sanggar DAUN (Redaksi)