SabdaNews.com – Jumlah partai Islam yang lolos ke Senayan (DPR) semakin sedikit setelah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) gagal memenuhi ambang batas parlemen 4 persen. Pengamat menilai hal itu terjadi karena faktor komplek dan tidak tunggal.
Pernyataan itu disampaikan pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam, saat dikonfirmasi, Minggu (24/3/2024). Menurutnya, banyak pihak khususnya lembaga survei yang sudah mengingatkan akan hal tersebut.
“Memang faktornya kompleks dan tidak tunggal. Ada faktor makro, meso dan ada faktor mikro yang saling memengaruhi dan berkelindan interplay,” kata Surokim.
Surokim menjelaskan, tentu tidak bisa hal itu dibebankan kepada satu pihak sebagai penanggungjawab atas tidak lolosnya PPP ke DPR. Jadi harus ada evaluasi menyeluruh dan komprehensif.
“Menurut saya faktor makro eksternal memang relatif tidak terlalu menguntungkan PPP, khususnya saat harus bergabung dalam koalisi Pilpres. Selain itu juga faktor mikro internal partai dalam mengantisipasi perubahan perilaku memilih voters saat ini,” bebernya.
Kantong-kantong PPP, lanjut Surokim selama ini hanya mengandalkan basis tradisional dan belum bisa ekspansif sehingga cenderung stagnan.
“PPP terlalu memorabilia dengan kekuatan masa lalu dan seolah lupa terkait dengan kebutuhan kekinian partai khususnya ekspansi ceruk pemilih baru,” dalih Surokim.
Dari 18 partai politik yang mengikuti pemilihan umum legislatif 2024, hanya delapan parpol yang lolos ke DPR RI dengan perolehan suara di atas 4 persen.
Dari delapan parpol yang lolos, ada dua partai yang identik dengan kelompok Islam, yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ada pula Partai Amanat Nasional (PAN).
PPP gagal ke Senayan karena persentase perolehan suaranya hanya menyentuh 3,87 persen. Sejak partai berlambang Kabah berdiri pada 1973, ini pertama kalinya mereka tidak terlibat dalam pembagian kursi DPR.
Selain PPP, tiga partai Islam lain juga gagal mencapai ambang batas parlemen yakni Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Ummat, dan Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia. (tis)