Ziarah ke Makam Bung Karno, Pertanda Khofifah Gamang dan Pilih Bermain Simbolik

by Redaksi

SabdaNews.com – Jelang masa pendaftaran pasangan Capres dan Cawapres yang akan ikut meramaikan kontestasi Pilpres 2024, situasi politik di Jatim kian menghangat. Pasalnya, orang nomor satu di Pemprov Jatim Khofifah Indar Parawansa tengah dipinang menjadi Bacawapres.

Bahkan gubernur perempuan pertama di Jatim itu berpeluang besar mendampingi Bacapres Ganjar Pranowo maupun Bacapres Prabowo Subianto. Namun keputusan akhir tentu bergantung pada elit elit politik di Jakarta dan Khofifah Indar Parawansa sendiri.

Yang menarik, Gubernur Khofifah Indar Parawansa Rabu (11/10/2023) pagi berziarah ke makam Presiden pertama RI Ir. Soekarno di Blitar, sehingga sebagian orang berpikir hal ini erat kaitannya dengan pencalonan di Pilpres mendatang.

Direktur Utama Surabaya Survey Center (SSC) Moechtar W Oetomo mengatakan bahwa Khofifah memiliki tiga keunggulan sehingga dipinang oleh kubu Ganjar Pranowo maupun kubu Prabowo Subianto sebagai Bacawapres untuk menutupi kekurangan elektoral kedua Bacapres di Pilpres 2024.

“Tiga keunggulan Khofifah dibanding Bacawapres yang lain adalah merepresentasikan Jawa Timur, merepresentasikan Nahdliyin dan merepresentasikan perempuan,” terang Moechtar.

Ketiga indikator keunggulan Khofifah itu, lanjut Moechtar saat ini memang dibutuhkan untuk melengkapi baik Prabowo maupun Ganjar. Sebagaimana diketahui Prabowo kuat di Jawa Barat ketika ditutupi oleh kekuatan Khofifah di Jawa maka itu lebih baik dan memperbesar peluang menang.
Begitu pula dengan Ganjar kuat di Jawa Tengah ketika ditutupi dengan kekuatan Khofifah di Jawa Timur itu tentu lebih baik.

Sementara secara umum baik Prabowo maupun Ganjar tidak cukup kuat dan mengakar di Nahdliyin sehingga itu bisa ditutupi oleh Khofifah yang memiliki keunggulan di kalangan Nahdliyin sekaligus mungkin bisa menjadi keuntungan strategis. Meskipun ada kandidat Bacawapres lain seperti Mahfud MD dan Erick Thohir juga memiliki representasi Jawa Timur dan Nahdliyin.

“Saya kira keputusan akhir sangat tergantung pada dinamika politik praktis yang ada di Jakarta, baik antar koalisi maupun internal partai. Termasuk keputusan Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri, dan Presiden Joko Widodo mau condong kemana itu juga sesuatu yang sangat dinamis,” dalih Moechtar.

Di sisi lain, keputusan MK terkait judicial review tentang batasan umur capres dan cawapres itu disetujui atau tidak, akan sangat berpengaruh karena itu terkait dengan potensi Gibran Rakabumi untuk dicalonkan menjadi cawapres.

“Agaknya memang ini akan menjadi sampai last minute dinamika teka-teki di kontestasi Pilpres 2024,” ungkap pria berpenampilan kalem ini.

Khusus menyangkut ziarah ke makam Bung Karno, pihaknya menilai karakter Gubernur Khofifah itu lebih suka bermain dengan simbol dari pada bermain politik praktis agar namanya tetap terjaga dalam bursa Bacawapres.

“Peluang Bu Khofifah akan digandeng Prabowo Subianto atau digandeng Ganjar Pranowo, menurut saya peluangnya fifty fifty, walaupun Bung Karno identik dengan Megawati dan PDI Perjuangan,” tambah Moechtar.

Terpisah, pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam menilai Bu khofifah itu saat ini laksana calon pengantin elok yang dipingit dan mendapat lamaran banyak calon. Tentu saja ini karena potensi elektoral beliau yang menjanjikan di Pilpres 2024.

Sebagai salah satu tokoh potensial yang bisa ikut kontestasi Pilpres, bu Khofifah juga masih melihat situasi dengan hati hati. Apalagi beliau punya relasi yang baik hampir ke semua elit dan calon presiden.

“Jalan paling aman untuk menjaga relasi itu Bu Khofifah bisa memilih bertahan untuk ikut Pilgub Jatim edisi 2. Namun, itu juga membutuhkan prasyarat dukungan partai. Disinilah dilema Khofifah untuk tidak menerima pinangan sebagai cawapres,” terang Surokim

“Saya pikir situasi ini yang membuat bu Khofifah gamang maju kena mundur kena dalam ajang Pilpres kali ini. Digodain banyak pihak tentu juga membuat beliau menjadi gamang,” imbuhnya.

Upaya Gubernur Khofifah melakukan ziarah ke makam Bung Karno secara simbolik bisa dimaknai sebagai ikhtiar menguatkan guna menjaga keseimbangan politik. Di sisi lain juga menjadi bagian dari konstruksi opini publik agar beliau tetap berada di zona tengah tidak condong ke salah satu calon.

“Ya politik memang dinamis, mungkin saja Bu Khofifah akan melabuhkan diri pada salah satu calon presideb di akhir akhir sesi menjelang pendaftaran paslon manakala tekanan kian besar ke beliau. Dan bisa jadi beliau akan berlabuh ke Pak Prabowo atau Nas Ganjar di sesi akhir, semua masih fifty fifty,” pungkas Wakil Rektor UTM ini. (pun)

You may also like

Leave a Comment