SabdaNews.com – Masalah kemiskinan dan pengangguran di Jawa Timur menjadi fokus pekerjaan rumah (PR) pemerintahan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak di tahun terakhir memimpin provinsi Jawa Timur.
Pernyataan itu disampaikan Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak usai menghadiri rapat paripurna laporan dan rekomendasi pansus atas hasil pembahasan LKPj Gubernur Jatim tahun anggaran 2022, di kantor DPRD Jatim, Rabu (3/5/2023).
“Kami berterimakasih pada pansus LKPj. Kita tahu bahwa angka kemiskinan di seluruh Indonesia belum kembali ke level pra pandemi, dan Jawa Timur pun sama. Meski demikian, kita mensyukuri ternyata angka kemiskinan di pedesaan hari ini lebih rendah daripada pra pandemi. Jadi, ini menunjukkan ada progres di pedesaan,” jelas Emil.
Lebih jauh Emil menjelaskan, bahwa Pemprov Jatim saat ini tengah fokus pada proses pemulihan ekonomi paska pandemi dan penyesuaian struktural yang terjadi karena disrupsi serta perekonomian masing-masing usaha.
“Nah, ini tentunya kita mendorong misalnya sektor pertanian bagaimana pembiayaan berjalan lancar karena sepertiga masyarakat kita masih kerja di sektor pertanian. Kalau ekonomi mereka lancar ada efek multiplayer yang kemudian akan membantu penyerapan tenaga kerja di sektor lain. Ini yang kita harapkan sekaligus di semua lini sektor kita tahu penyumbang terbesar itu masih indsutri,” paparnya.
Mantan Bupati Trenggalek ini mengakui, bahwa subsidi atau kredit perbankkan terbesar pada sektor manufaktur mesin industri. Oleh karenanya, Pemprov Jatim, akan terus memastikan bahwa kegiatan industri bisa berjalan dengan lancar dan kondusif.
“Kami juga berterima kasih kepada sahabat sahabat buruh karena melakukan aksinya dengan damai dan tentunya aspirasi buruh Jatim akan diperjuangkan oleh Gubernur Jatim ke pemerintah pusat,” terang Emil.
Sejak dilantik pada 13 Februari 2019, banyak capaian positif yang diraih Pemprov Jatim. Meski demikian, Khofifah-Emil mengakui bahwa masih ada sejumlah pekerjaan besar yang ingin diselesaikannya pada tahun kelima masa jabatannya.
Salah satunya, dengan memperkuat sektor perekonomian. Pasalnya, sektor itu menjadi salah satu prioritas utama selama setahun ke depan. Diakui Emil, pihaknya bersyukur pada rentang Januari hingga April 2023, inflasi Jatim turun rata-rata dikisaran 0,43 persen dibanding rata-rata tahun lalu yakni 0,59 persen.
“Saya yakin kalau ritme ini bisa kita pertahankan insyaAllah akan turun jauh lebih besar lagi dibandingkan tahun lalu,” tegas Wagub Jatim.
Ditambahkan Emil, kontribusi inflasi di Jatim potensinya berada di 8 daerah. Namun sejatinya potensi terbesarnya berada di dua kota yaitu Surabaya dan Malang. Sehingga angka inflasi ini bukan mencerminkan situasi di seluruh daerah di Jatim alias tidak bisa dipukul rata.
Yang menarik, 20 diantara 40 item yang digunakan untuk mengukur inflasi itu ternyata banyak bukan dari sektor pangan. Seperti sewa rumah kontrakan, biaya pendidikan, biaya bensin, kebutuhan air bersih dan lain sebagainya.
“Karena itu fokus kami adalah bagaimana biaya hidup masyarakat khususnya di lapaisan terbawah jangan sampai mereka terpukul karena beban harga pangan,” jelas Emil Dardak.
Di sisi lain, pihaknya juga berupaya menjaga daerah produsen pangan terjaga logistiknya. Oleh sebab itu operasi pasar terus dilakukan.
“Alhamdulillah, kalau kita melihat angka bulan Maret year on year 6,9 tapi bulan April ini sudah 5,35. Dan kami melihat potensi ini akan terus turun year on year dibanding tahun lalu,” pungkas pria yang juga ketua DPD Partai Demokrat Jatim. (pun)