9
SabdaNews.com – Radikalisme tengah menjadi ancaman yang meluas di masyarakat. Paham yang menonjolkan praktik intoleransi ini telah menyebar luas melalui berbagai cara dan hampir berada di semua sektor kehidupan. Hal ini menjadi tantangan bersama, terutama jika dikaitkan dengan kehidupan berbangsa. Radikalisme berpotensi besar menimbulkan disintegrasi bangsa.
Situasi ini disampaikan oleh Dewan Pengurus Daerah Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPD PA GMNI) Jawa Timur saat bersilaturahmi ke sekretariat Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jatim di Kota Surabaya pada Selasa (13/12/2022).
Ketua DPD PA GMNI Jatim, Deni Wicaksono mengungkapkan, pengaruh paham radikalisme ternyata sudah ditanamkan sejak dini, dari berbagai sumber yang diterima. Hal ini perlu menjadi perhatian bersama, mengingat dampak yang ditimbulkan sangat membahayakan.
“Banyak yang resah tentang menguatnya pengaruh radikalisme, walaupun sudah banyak upaya yang dilakukan untuk membendung paham ini. Namun potensi ancamannya masih cukup besar” ujar Deni Wiaksono.
Anggota DPRD Jatim ini mengungkapkan, saat audiensi dengan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa beberapa waktu lalu, pihaknya juga saling berbagi fakta terkait gerakan radikalisme. Pemprov Jatim, kata Deni, telah melakukan berbagai upaya untuk menekan penyebaran paham tersebut.
“Dan pada titik itu kita bersama sama memiliki komitmen untuk sebanyak mungkin menyemai tanduran kebangsaan,” jelasnya.
Selain itu, hal yang juga menjadi fokus pembahasan dengan Gubernur Jatim yaitu terdapat fakta tak kalah memprihatinkan munculnya kekerasan gangster terutama di Surabaya. Hal ini menambah kekhawatiran terhadap kondisi bangsa yang tengah menjalani banyak ujian kebangsaan.
Problem ini, menurut Deni, sudah masuk pada ranah ideologi berbangsa dan bernegara yang dampaknya cukup mengkhawatirkan. Apalagi jika melihat pada sejumlah temuan, radikalisme telah menyebar kuat pada sendi-sendi fundamental kenegaraan.
Untuk menguatkan komitmen tersebut, PA GMNI Jatim akan berkolaborasi dengan sejumlah pemangku kepentingan. Diharapkan melalui kolaborasi timbul upaya bersama untuk menghalau dampak radikalisme tersebut. Termasuk dengan media online agar hoax yang menyebar di media sosial terkait propaganda dan agitasi radikalisme bisa dicegah dan diklarifikasi.
“Ini upaya bersama kita untuk menyemai lebih banyak lagi tanduran kebangsaan. Kami mengharapkan dukungan pula dari AMSI Jatim untuk menguatkan dan berkolaborasi. Karena ini masalah kita bersama saat ini. Kondisinya, mohon maaf saat ini kita sedang tidak baik-baik saja,” tegas Deni.
Ia pun menyadari betul, hal ini ada kaitannya dengan tahun politik. Namun demikian, pihaknya tidak ingin menarik isu ini hanya pada ranah politik mengingat dampaknya jauh lebih mengkhawatirkan.
Sementara itu, Ketua AMSI Jatim, Arief Rahman, menyambut baik gagasan yang disampaikan PA GMNI Jatim. Ia mengungkapkan ada kegelisahan yang sama terkait masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam ancaman radikalisme.
“Sebenarnya memang selama ini masih terserak kekuatan yang punya visi dan kepedulian yang sama,” kata Arief.
Arief berkaca pada Arab Spring yang terjadi di negara-negara Timur Tengah, di mana dampaknya tersebar luas berkat media sosial. Padahal, saat itu media sosial belum berkembang pesat seperti sekarang.
“Apalagi sekarang ini sudah ada 200 juta lebih pengguna media sosial. Ini justru ancaman sangat besar, apalagi yang menjadi konsumen adalah anak-anak muda, ini mudah sekali terpapar,” bebernya.
Apalagi jika memahami algoritma digital, Arief menilai ini membuat pengguna internet semakin terkurung. Ini karena algoritma digital, khususnya media sosial, akan memberikan informasi yang cenderung disukai oleh penggunanya.
“Kalau seperti itu kan, perspektif kita menjadi sangat sempit. Itu tentu semakin menimbulkan fanatisme, ekstremisme pemikiran terhadap kelompok tertentu menjadi semakin kuat. Karena tidak komprehensif ya, pandangan-pandangan atau pemikiran itu tidak semuanya masuk,” pungkas Arief. (pun)