SabdaNews.com -Melonjaknya harga daging ayam potong di beberapa pasar tradisional yang terjadi belakangan ini diduga akibat harga pakan ternak melonjak karena sebagian besar bahannya masih tergantung impor. Pernyataan itu disampaikan anggota komisi B DPRD Jawa Timur, Daniel Rohi pada Jumat (7/7/2023).
“Saya curiga ini karena naiknya pakan, karena sebagaian besar bahan pakan kita masih impor. Seperti bungkil kedelai kan masih impor. Kita tahu harga jagung juga naik belakangan ini,” kata politikus asal PDI Perjuangan.
Rohi mengaku prihatin dengan kenaikan harga daging ayam tersebut. Bahkan ia khawatir, melonjaknya harga ayam itu bisa memacu tingkat inflasi di Jatim, sehingga perlu dicarikan solusi segera.
“Saya prihatin kalau harga ayam naik cukup tinggi, ini baru pertama kali terjadi, padahal tidak ada hari besar,” tambah Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jatim itu.
Anggota DPRD Jatim dari Dapil Malang Raya itu meminta agar pemerintah memberikan subsidi harga pakan, terhadap peternak. Sebab hampir 70 persen biaya operasional peternak dikeluarkan untuk membeli pakan.
“Harus diintervensi pemerintah dengan mensubsidi harga pakan, misalnya memberikan subsidi harga jagung saja agar nanti ketika panen tidak dinaikkan,” harap Rohi.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, harga daging ayam mengalami kenaikan serentak di Indonesia. Di Surabaya, harga daging ayam di sejumlah pasar tradisional juga Surabaya naik cukup signifikan hingga pembeli mengalami penurunan.
Kenaikan harga daging ayam ini terjadi di Pasar Pucang Surabaya. Harga daging di pasar tersebut tembus menjadi Rp 38 ribu perkilo. Kenaikan ini dikarenakan menjelang Idul Adha 1444 H lalu.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat harga daging ayam, telur, rokok hingga tiket pesawat yang makin mahal menjadi penyumbang inflasi pada bulan Juni 2023 yang tercatat naik 0,14 persen (month to month/mtm) dari bulan Mei hanya 0,09 persen.
Penyumbang utama inflasi bulanan adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,10 persen. (tis)