SabdaNews.com – Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Bobby Soemiarsono membuka East Java Halal Industry Fest di Ballroom Hotel Novotel Samator Surabaya, Rabu (30/10/2024).
Bobby mengapresiasi seluruh pihak yang telah mendukung pembukaan kegiatan East Java Halal Industry Fest bertema “Penguatan Ekosistem Halal menuju Jawa Timur sebagai Pusat Industri Halal di Indonesia”.
Menurutnya, kegiatan ini menjadi salah satu upaya pemprov menggeliatkan halal life style dengan mewujudkan Jatim sebagai pusat pengembangan industri halal di Indonesia.
“Sebagai ajang apresiasi, promosi, peningkatan nilai tambah, mengangkat image Jatim sebagai provinsi yang mendukung pengembangan industri halal di Indonesia sekaligus memperkuat posisi Indonesia di pasar global,” kata Bobby.
Sebagai provinsi dengan populasi lebih dari 40 juta jiwa atau setara dengan 15,3% penduduk Indonesia, Bobby mengaku Jawa Timur berpengaruh pada dinamika nasional. Salah satunya berkontribusi sebesar 14,43 % pada ekonomi nasional pada semester I tahun 2024.
“Selain itu, selaras dengan visi Indonesia untuk menjadi Pusat Industri Halal Dunia, Pemprov bertekad menjadikan Jawa Timur sebagai Pusat Industri Halal di Indonesia,” katanya.
Bobby menyebut beberapa program kegiatan yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendukung pengembangan industri halal di Jawa Timur diantaranya penguatan rantai nilai Industri Halal (Halal Value Chain) dari hulu ke hilir melalui Kawasan Industri Halal.
Saat ini Jawa Timur memiliki kawasan industri halal Safe and Lock Halal Industrial Park (HIP) yang berlokasi di Sidoarjo. Fasilitasi sertifikasi halal bagi industri skala kecil dan menengah, mengingat masih banyak pelaku IKM khususnya di Jawa Timur belum memiliki sertifikasi halal.
Sedangkan dalam upaya percepatan sertifikasi halal, infrastruktur pendukung percepatan industri halal di Jatim, sebanyak 53 Halal Center, 53 Lembaga Pendamping PPH, dan 16.840 Pendamping Proses Produk Halal (PPH), 127 RPH dan 48 RPU Halal, 12 LPH.
“Hingga 30 September 2024 total sertifikat halal yang diterbitkan untuk pelaku usaha di Jawa Timur sebanyak 369.646 sertifikat halal baik skema reguler maupun self declare,” tuturnya.
Lebih lanjut, kinerja makro Provinsi Jatim, Bobby mengatakan, melalui sinergi, kolaborasi serta berbagai langkah strategis yang dilakukan oleh semua pihak, perekonomian Jawa Timur tumbuh impresif sebesar 4,9 persen secara Year on Year pada pada triwulan II Tahun 2024.
Capaian ini, mencatatkan Jawa Timur sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi se-Pulau Jawa. Selain itu, realisasi investasi di Jawa Timur pada Triwulan II tahun 2024 meningkat signifikan sebesar 14,3% secara Year on Year dan menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia.
Terdapat tiga sektor yang menjadi penopang utama struktur ekonomi Jawa Timur, yakni Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan dan Sektor Pertanian. Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi 30,82 persen terhadap PDRB Jawa Timur, Sektor Perdagangan memberikan kontribusi 18,78 persen dan Sektor Pertanian memberikan kontribusi 11,81 persen.
Sektor industri pengolahan, kata Bobby, merupakan tulang punggung utama ekonomi Jawa Timur. Pada Triwulan II Tahun 2024, PDRB sektor industri pengolahan mencapai Rp 238,96 Triliun, memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB Jawa Timur yaitu sebesar 30,82 persen.
“Kontribusi subsektor terbesar pada sektor industri pengolahan adalah industri makanan minuman yang merupakan sektor pemberlakuan mandatory halal tahap awal,” jelasnya.
Menutup rangkaian kegiatan East Java Halal Industry Fest ini, Pj Sekda Bobby didampingi Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian serta Kepala Dinas Peternakan melepas ekspor produk halal dari beberapa industri ke beberapa negara.
Masing-masing, PT. Mega Global Food Industry berupa produk cookies senilai Rp. 2,8 Milyar ke Vietnam, PT. Surya Pratista Hutama (PT. Suprama) berupa produk instan noodles senilai Rp. 1,2 Milyar ke New Zealand, PT. Alam Jaya, berupa produk Ikan bandeng senilai Rp. 638 Juta ke Uni Emirat Arab dan PT. Satoria Agro Industri berupa produk kukis senilai Rp. 1,2 Milyar ke Thailand. (tis)