SabdaNews.com –– Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Bobby Soemiarsono mengajak 310 anak dan remaja binaan Dinas Sosial golongan anak terlantar, yatim piatu serta yang mengalami trauma akibat kekerasan rumah tangga dan pelecehan seksual, menumbuhkan sekaligus mengembangkan kreativitas sesuai bakat minat. Yang mana bisa ditumbuhkan melalui pelatihan sejak Januari hingga Juni 2024.
Ajakan tersebut disampaikannya saat Pelepasan terhadap anak asuh dan pengakhiran bimbingan bagi penerima manfaat sebanyak 310 orang di Kantor Dinas Sosial pada Kamis (20/6/2024).
Mereka terdiri dari Pelepasan anak asuh PPSAA sebanyak 75 anak, Pengakhiran Bimbingan Penerima Manfaat UPT PSBR sebanyak 200 Remaja dan Pengakhiran Rehabilitasi dan Bimbingan UPT PRSMP Surabaya sebanyak 35 anak.
Bobby mengatakan, selama enam bulan, Dinsos Jatim melakukan pendampingan dan pelatihan terhadap anak dan remaja yang memiliki persoalan cukup majemuk. Mulai anak terlantar, anak yatim piatu hingga mereka yang mengalami kasus kekerasan dan pelecehan seksual.
Mereka dibagi dan ditempatkan ke dalam tiga UPT, yakni Pelayanan Sosial Asuhan Anak (PPSAA), Pelayanan Sosial Bina Remaja (PSBR) dan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Marsudi Putra (PRSMP). Tujuannya, ditampung dan diberi pelatihan agar mampu meniti masa depan, memperbaiki ekonomi serta mengangkat harkat martabatnya.
“Apa yang sudah diperoleh harus dimanfaatkan. Bangun kreativitas sesuai bakat dan minat karena itu menjadi penentu masa depan. Pemprov Jatim telah berupaya membentuk mental dan karakter adik-adik agar lebih baik dibandingkan sebelum mendapat bimbingan,” kata Bobby.
Agar daya kreativitas tidak berhenti, Bobby mengajak anak dan remaja beradaptasi dengan perkembangan teknologi, tidak bersentuhan dengan narkoba serta jangan terburu-buru menikah dini.
Bobby menjelaskan, perkembangan teknologi berkembang sangat pesat dan cepat. Setiap individu harus mengikuti teknologi agar mampu mengugrade kemampuan sesuai bakat dan minat. Sebab, perputaran teknologi sangat cepat dan jika tidak upgrade, akan tertinggal.
“Penting menguasai teknologi dengan cara memperdalam pengetahuan teknologi dengan sungguh-sungguh sehingga mampu meningkatkan kreativitas dan cepat membaca peluang,” tuturnya.
Selain mengikuti perkembangan teknologi, Bobby mengingatkan ancaman kreativitas mandek, yakni bersentuhan dengan narkoba serta melakukan pernikahan dini. Ketika bersentuhan dengan narkoba sampai kecanduan, fungsi otak tidak berjalan sebagaimana mestinya.
“Saya berpesan kepada anak-anak semuanya untuk menjauhi narkoba. Mengkonsumsi narkoba, maka tidak ada kreativitas,” ujarnya.
Sedangkan keputusan pernikahan dini tidak sekadar mengancam kreativitas melainkan juga berdampak dari sisi ekonomi. Artinya, kata Bobby, usia muda, minim ketrampilan dan belum mendapat pekerjaan. Hasilnya, menerima pekerjaan serabutan.
“Itu tidak bisa menimbulkan kreativitas karena kondisi terpepet. Maka hindari pernikahan karena semua ada masanya. Harus punya kerja lalu menikah. Itu rumus sederhana yang membentuk semuanya,” imbuhnya.
Tantangan serta kemajemukan yang dialami anak dan remaja menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Untuk itu, diperlukan perhatian dan keberlanjutan bagi mereka yang sudah mendapat pembekalan namun belum mendapat pekerjaan hingga yang belum ada kebutuhan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Kepala Dinas Sosial Provinsi Jatim Restu Novi Widiani mengatakan, Dinsos Jatim sudah mengamati dan menyiapkan anak-anak SMA/SMK kelas 3 yang belum memiliki niatan melanjutkan ke perguruan tinggi dan tidak langsung mendapat pekerjaan.
Dinsos, kata Novi, bekerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Balai Latihan Kerja (BLK) untuk memberikan wadah bagi mereka yang ingin mendalami keahlian sesuai bakat dan minat. Upaya itu juga diperkuat dengan program andalan Pemprov Jatim di bidang pendidikan, yakni double track.
“Mereka yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi dan kuliah, bisa memperdalam kemampuannya sehingga ketika memasuki dunia kerja mereka siap bekerja untuk menghidupi diri sendiri serta keluarganya,” ungkap Novi.
Kegiatan yang sebelumnya dilaksanakan di masing-masing UPT dan kini dikumpulkan menjadi satu, tidak sekadar memberikan pelatihan melainkan juga memberikan bantuan sosial. Novi menyebut, khusus kategori PSBR dan PRSMP menerima bantuan sosial berupa uang total Rp 1 miliar.
Secara simbolis diserahkan uang tunai senilai Rp 5 juta rupiah. Nantinya, uang yang diserahkan dibelikan alat-alat yang selama pelatihan mereka tekuni dengan didampingi dan dimonitor Dinsos serta instruktur yang selama ini memberikan pelatihan.
“Pergunakan bantuan pemerintah sebaik mungkin karena banyak remaja yang tidak seberuntung mereka dan jangan lupa resep dari Pj Sekda, setelah dilatih dan mendapat bantuan sosial, selajutnya kembangkan kreativitas yang menjadi penentu dan itu semua ada di tangan mereka,” tegasnya.
Lebih lanjut, Novi menjelaskan pendidikan bagi mereka yang pernah mengalami kasus kekerasan dan pelecehan seksual, Dinsos sudah menjalin kerjasama dengan Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak untuk menyiapkan program pendidikan di UPT bina sosial anak dan remaja Kabupaten Nganjuk supaya statusnya tidak menjadi Anak Tidak Sekolah (ATS).
“Alhamdulilah kondisi psikis mereka pelan-pelan membaik dan bersekolah di jalur umum. Ini bisa dilakukan karena di UPT ada pekerja sosial yang mendampingi dan tersedia klinik anak dan remaja,” tuturnya.
“Ini akan terus berlanjut karena sebetulnya panti asuhan anak maupun PSPR adalah rumah aman untuk korban kekerasan di kabupaten maupun kota di Jatim,” tutupnya. (tis)