SabdaNews.com – Petani apel di Kota Batu menghadapi masa sulit. Produksi apel terus menurun sehingga banyak petani apel yang beralih ke tanaman lain, terutama jeruk karena dinilai lebih menguntungkan. Akibatnya, buah iconik Kota Batu itupun terancam punah
Anggota DPRD Jatim asal Fraksi Garindra, Ahmad Hadinuddin menilai para petani enggan untuk menanam apel karena tanaman tersebut dinilai sudah tidak ekonomis bagi petani.
Selain biaya produksi yang mahal, harga apel juga tidak menentu sehingga petani mulai beralih untuk menanam komoditas lain.
“Ya ada petani-petani merasa penanganan apel membutuhkan biaya produksi mahal,” katanya saat sidak di Kebun Bulukerto, Kota Batu yang dikeloa oleh UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Jatim beberapa waktu lalu.
Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Jatim itu juga sangat menyayangkan pergantian komoditas apel ke tanaman yang lain. Sebab, apel di Batu merupakan tanaman lokal yang tidak ditemui di wilayah lain sehingga harus dipertahankan.
“Di Batu dan Malang yang menjadi ikon adalah apel. Terutama apel Anna. Ini harus bisa dipertahankan,” harap Hadinuddin.
Ia meminta agar Pemprov Jatim memberikan bantuan kepada petani untuk meringankan ongkos produksi mereka. Diantaranya adalah bantuan bibit dan pupuk, agar para petani apel bisa melakukan peremajaan terhadap tanaman yang sudah melewati masa produktif.
“Pemprov harus memberikan subsidi pupuk, benih dan alat-alat pertanian,” jelasnya.
Lebih jauh anggota komisi B DPRD Jatim itu meminta agar Pemprov Jatim juga mendorong gerakan makan buah segar, untuk menarik minat masyarakat. Kolaborasi dengan BUMD dengan menjadikan pertanian apel sebagai destinasi wisata juga harus lebih digalakkan.
“Harus dikampanyekan gerakan makan buah segar. Supaya petani bisa terserap hasil produksi mereka. Selain itu nantinya program petik, kemas jual harus dijalankan secara serius,” tambah Hadinuddin.
Dari pantauan, beberapa anggota DPRD Jatim terlihat mengikuti agenda sidak tersebut. Diantaranya Hidayat, Agusdono Wibawanto dan Mahdi.
Sementara itu Alimatus Sadiyah, pengelola kebun apel Bulukerto milik Dinas Pertanian Jatim mengaku kalau pihaknya membutuhkan pompa air agar hasil panen bisa lebih maksimal.
Menurut dia, kebun yang dikelolanya memiliki luas 0,5 hektar yang terdiri dari berbagai macam tanaman seperti apel, jeruk dan tanaman musiman lainnya.
“Kalau disini ada 300 ponon dan setahun satu pohon bisa menghasilkan 30 kg apel. Kalau bisa ke depan ada pompa air karena selama ini masih ikut swadaya warga,” kata Alimah. (tis)
