Opini Publik
Oleh: Syafiudin (Ketua KWK)
SabdaNews.com –Cinta selalu punya banyak wajah. Ada yang mengekspresikannya dengan teriakan di jalan, ada yang menyalurkannya lewat kerja nyata dan pengabdian. Begitu pula halnya dengan cinta kepada Kangean — pulau yang memberi kita identitas, kebanggaan, dan harapan.
Bagi sebagian orang, mencintai Kangean berarti menolak segala bentuk perubahan yang dianggap mengancam laut dan alamnya. Tapi bagi sebagian lain, cinta itu diwujudkan dalam upaya membuka peluang kemajuan agar masyarakat tidak terus terjebak dalam keterbelakangan. Dua cara pandang ini memang berbeda, tapi keduanya lahir dari niat yang sama: ingin menjaga Kangean tetap hidup dan sejahtera.
Namun, perbedaan cara seharusnya tidak membuat kita saling mencurigai, apalagi memusuhi. Dialog lebih mulia daripada konflik. Sebab sejarah selalu mencatat bahwa perpecahan tidak pernah membawa kesejahteraan, hanya menunda kemajuan. Menolak bukan dosa, mendukung bukan kesalahan. Yang menjadi persoalan adalah ketika perbedaan pendapat berubah menjadi anarki — ketika cinta kepada tanah kelahiran justru melukai wajahnya sendiri. Laut yang harusnya jadi sumber kehidupan, jangan dijadikan arena amarah dan perusakan.
Kangean sedang menunggu anak-anaknya untuk duduk satu meja, berbicara dengan kepala dingin dan hati jernih. Karena laut, hutan, dan bumi Kangean bukan milik satu kelompok saja, tapi milik kita semua yang lahir dan tumbuh di atas tanah ini.
Mari kita buktikan bahwa kita mampu mencintai Kangean dengan cara yang dewasa — bukan dengan emosi, tapi dengan niat tulus dan langkah nyata untuk membuat pulau ini semakin maju tanpa kehilangan jati dirinya. Kangean tidak butuh hero yang marah-marah. Ia butuh anak-anak yang berpikir, bekerja, dan menjaga. Karena sejatinya, mencintai Kangean tak harus dengan cara yang sama. ( Penulis adalah Ketua Komunitas Warga Kepulauan )
