SabdaNews.com – Penutupan total Jalur Gunung Gumitir sejak 24 Juli 2025 yang menjadi akses nasional penghubung antara Kabupaten Jember dan Banyuwangi menuai sorotan tajam dari Ketua Komisi D DPRD Jatim.
Terlebih baru-baru ini terjadi kecelakaan kendaraan dengan muatan logistik di jalur Ijen yang notabene dijadikan sebagai jalur alternatif (pengalihan) sementara akibat penutupan jalur Gumitir yang diperkirakan selama 2 bulan.
Ketua Komisi D DPRD Jatim Abdul Halim menilai penutupan jalur strategis tersebut menyebabkan kemacetan parah dan membingungkan masyarakat pengguna jalan karena kurangnya informasi yang jelas dan menyeluruh kepada para pengguna jalan dan penduduk sekitar.
“Karena itu adalah akses jalan nasional, maka saya menghimbau agar ada langkah taktis dari Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan Jember, Dinas Perhubungan Jatim, hingga pihak kepolisian dalam rangka mengurai kemacetan akibat penutupan jalur Gumitir ini,” ujarnya, Sabtu (26/7/2025) kemarin.
Menurut politikus Partai Gerindra, kemacetan panjang yang terjadi belakangan ini bisa dianggap sebagai bukti lemahnya koordinasi dan kurangnya pemberitahuan kepada masyarakat bahwa akan ada kegiatan atau pengerjaan yang berdampak pada penutupan jalan tersebut.
Abdul Halim menyebutkan bahwa penutupan jalur strategis seperti ini seharusnya disertai dengan sistem informasi yang terbuka dan terintegrasi untuk publik.
“Jika melihat kondisi kemacetan parah ini, bisa dianggap bahwa kurangnya pemberitahuan kepada masyarakat pengguna jalan jadi penyebab utamanya. Makanya perlu kejelasan dan kepastian informasi, supaya menjadi pertimbangan bagi pengguna jalan dan tentu saja menyangkut keselamatan mereka juga,” jelasnya.
Pria asal Bangkalan Madura ini menegaskan pentingnya sinergi antar instansi dalam mengelola dampak penutupan jalan nasional tersebut. Halim mendorong agar pemerintah segera memberikan opsi jalur alternatif yang aman dan layak serta memperkuat sistem komunikasi publik terkait rekayasa lalu lintas yang dilakukan.
“Itu memang repot, sebab jalan alternatif yang terdekat lewat Ijen (Bondowoso-Banyuwangi) juga mengalami kerusakan sehingga tidak bisa dilalui. Saya dapat info baru saja terjadi kecelakaan mobil box terguling di Jalur Ijen,” ungkap Abdul Halim.
Sedangkan kalau kemudian lewat jalur Situbondo- Banyuwangi itu juga sangat jauh jaraknya. Ditambah lagi antrian dari kapal penyeberangan pelabuhan Ketapang menuju ke Bali yang kini dibatasi imbas kecelakaan KMP Tunu beberapa waktu lalu. Sehingga antrian menuju pelabuhan Ketapang ini juga diantisipasi seluruh pihak terkait mencoba mencari solusi atas kemacetan yang terjadi.
“Saya kira harus dipastikan dengan cepat oleh pihak yang bertanggung jawab, yang melakukan perbaikan jalan gunung Gumitir agar segera disosialisasikan kepada seluruh pengguna jalan,” pintanya.
Terutama kendaraan angkutan logistik sebab jalur yang menuju ke Banyuwangi ke Bali ini adalah kendaraan logistik antar pulau.
“Jika itu sudah diketahui, bisa diambil perkiraan apa yang akan dilakukan cara lain yang tidak menimbulkan kerugian apabila kendaraan itu mengangkut barang yang tidak tahan lama,” pungkasnya.
Sekedar diketahui, penutupan Jalur Gumitir sendiri disebut dilakukan dalam rangka pengerjaan perbaikan dan pengamanan lereng untuk mengantisipasi longsor. Namun hingga kini belum ada kepastian waktu pembukaan kembali jalan tersebut, sehingga masyarakat yang hendak bepergian antar wilayah Jember-Banyuwangi harus menempuh rute yang lebih jauh dan memakan waktu.
Muncul informasi perbaikan jalur Gumitir itu akan dilangsungkan sampai 24 September 2025. Sementara itu, PPK Wilayah 1.4 (Jember Banyuwangi) Balai Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Jawa Timur – Bali, Satiya Wardhana mengungkapkan butuh waktu lama untuk memperbaiki ruas Jalan Gumitir.
“Medannya sulit untuk menata dua alat berat, apalagi jalan aspalnya miring dan ada retakan sehingga perlu kehati-hatian dan waktu yang cukup lama,” ujar Satiya. (pun)