Kisah Srikandi Bangkit Dari Keterpurukan

by Redaksi

GRESIK ,SabdaNews.com- Memberikan motivasi untuk bangkit dari keterpurukan menuju sukses dan ekonomi mapan yang didambakan dari setiap orang, dilakukan oleh 3 orang motivator dari kelompok SR 12, kegiatan ini juga untuk halal bi halal bagi pelaku usaha kesehatan dan kecantikan, berlangsung di salah satu cafe.

Nanik Purwani, seorang ibu dengan beberapa anak, awalnya bekerja di pabrik alat rumah tangga, selanjutnya pindah pabrik kayu, karena lokasi kerja dengan rumahnya beda kecamatan dan berkisar 15 kilometer, maka hampir setiap hari Nanik mengendarai motor dalam menuju tempat kerja dan juga pulangnya.

Beberapa lama dijalani, dan naas saat pulang kerja terjadi kecelakaan di jalan raya, sehingga salah satu kaki terpaksa harus dipotong, saat itu mental jatuh dan menjalani hari hari hanya di tempat tidur, untung saat itu masih memiliki BPJS Ketenagakerjaan sehingga biaya dan juga kaki palsu di berikan oleh BPJS TK,

Seiring perjalanan waktu, dan untuk menyambung hidup, Nanik mulai mengenal SR 12 dan mulai menawarkan produk tersebut ke beberapa teman, bahkan juga sudah mulai ke media sosial.

” Awalnya mental kami jatuh, pendapatan nyaris nol, tapi hidup harus berjalan, dan saya hanya modal menawarkan barang dengan ngambil barang dari agen lain, alias tanpa modal sama sekali, dan kini saya bisa membiayai hidup serta sekolah anak kami, dari berjualan produk SR 12,” jelas Nanik. Minggu (27/4).

Pengalaman dari Pipin Silvianingsih, asal Kabupaten Wonogiri, ibu yang dulunya sukwan di salah satu puskesmas telah dijalani sekitar 7 tahun, namun ketika ibu tercinta sakit dan mengharuskan dirawat dengan pendampingan penuh, maka harus memilih.

” Bagi saya, memilih menjaga dan merawat ibu lebih utama serta mulia, namun pendapatan untuk menyambung hidup sangat perlu, sehingga menggeluti dan ber gabung dengan SR 12 tanpa modal, namun kini sudah bisa membeli motor dan menyambung hidup, ” tandas ibu lulusan farmasi.

Pengalaman Nadia Cahya Luthfi Erma, yang lulusan S2 pendidikan dan CPNS untuk dosen disalah satu perguruan tinggi di Semarang, terpaksa memilih menjalani berjualan produk kesehatan dan produk kecantikan dari rumah.

” Saat itu saya harus memilih, antara masuk menjadi PNs namun ninggal bayi mungil yang baru lahir, untuk menentukan pilihan butuh pemikiran serta istikharoh, ternyata saya menggeluti jualan dari rumah bisa menghasilkan rupiah yang cukup, dengan mengurus anak serta rumah tangga bisa sejalan, ” terang ibu yang bercadar. ( ali/Red)

You may also like

Leave a Comment