Home KESRAIIER dan PSPK Gelar Workshop Kawal Keamanan Anak Di Ruang Digital

IIER dan PSPK Gelar Workshop Kawal Keamanan Anak Di Ruang Digital

Upaya Kolektif Wujudkan Ekosistem Pendidikan 

by sabda news

JAKARTA.SabdaNews.com – Dalam atmosfer yang penuh antusiasme, Indonesian Institute for Education Reform (IIER) bersama Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) sukses menyelenggarakan rangkaian kegiatan untuk mengawal keamanan anak di ruang digital. Rangkaian ini meliputi Reformer Talk #2 dan Reformer Workshop #2, yang menjadi panggung dialog mendalam tentang tantangan dan solusi menciptakan ruang digital yang aman dan kondusif bagi anak-anak Indonesia.

Reformer Talk #2: Di Balik Layar Gawai: Bagaimana Kita Menjaga Anak-anak Kita dari Risiko Dunia Digital?. Acara ini diselenggarakan secara daring, berhasil menarik 477 pendaftar serta para pemangku kepentingan terkait isu keamanan anak di ruang digital.

Talk show ini menghadirkan pembicara kunci seperti Mediodecci Lustarini, S.K.M., S.H., M.C.MS. (Sekretaris Direktorat Pengawasan Ruang Digital Kemkomdigi) yang menjelaskan tentang Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2025 atau PP TUNAS, yang bertujuan melindungi anak di ruang digital melalui akuntabilitas penyelenggara sistem elektronik.

Pandu Ario Bismo (PSPK) menyoroti tingginya penggunaan internet oleh anak-anak dan dampak negatif kecanduan digital, serta mendorong upaya sistemik dari berbagai pihak untuk menciptakan ruang digital yang aman.

Aretha Ever Ulitua Samosir (Psikolog Anak dan Remaja Bee Genius) menyambut baik PP TUNAS dan menggarisbawahi kerentanan anak yang bisa diperparah oleh gadget.

Sementara itu, Claudya Tio Elleossa (Perwakilan Orang Tua, eks-Guru Pendidikan Kewarganegaraan) menekankan pentingnya menghadirkan alternatif kegiatan positif bagi anak dan prinsip “koneksi sebelum koreksi” dalam mendampingi anak.

Berikutnya, Reformer Workshop #2: Di Balik Layar Gawai: Bagaimana Mewujudkan Ekosistem Pendidikan yang Efektif dan Aman? Sebagai kelanjutan dari Reformer Talk #2, Reformer Workshop #2 dirancang untuk mengidentifikasi akar masalah, faktor penghambat, faktor pendukung, pemangku kepentingan, serta merumuskan rekomendasi konkret.

Dihadiri oleh 60 peserta dari kalangan praktisi, akademisi, komunitas, dan mahasiswa yang memiliki ketertarikan pada pengembangan kebijakan pendidikan, diskusi berlangsung dengan energi yang membangkitkan refleksi dan inspirasi. Workshop ini difasilitasi oleh 10 alumni Indonesia Mengajar.

Para Keynote Speaker memberikan pandangan mendalam mereka. Fathiyya Nur Rahmani (Peneliti Pendidikan PSPK) menekankan pentingnya menciptakan ruang digital yang aman bagi anak-anak dan menyoroti “wabah global penyakit mental” pada remaja akibat penggunaan masif ponsel pintar.

Sheilla Njoto (Associate Director Nation Insights) memberikan pencerahan mengenai bagaimana era digital telah menghapus “penjaga gerbang” informasi dan risiko dari “budaya dopamin”, menekankan bahwa sistem pendidikan yang efektif dan aman adalah yang mempertahankan agensi manusia. Sementara itu, Asep Zulhijar (Child Protection Officer, UNICEF) memaparkan hasil studi UNICEF Indonesia tahun 2023 yang menunjukkan tingginya akses internet pada anak-anak dan berbagai risiko daring yang mereka hadapi.

Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi testimoni autentik dari 8 pembicara anak dan 1 pendamping yang berasal dari latar belakang berbeda-beda, diantaranya ; Adina Rifaya Tsabita dari Sekolah Murid Merdeka, Maya Fadhilatussalma dari SMA Negeri 111 Jakarta, Shasta Nafysha dari SMA Negeri 111 Jakarta, Chesta Queezell Rayesha dari SMA Negeri 111 Jakarta, Ainnur Rustin Kurnia Wirahman dari SMA Negeri 111 Jakarta, Talita Almira Salsabila dari Taman School, siswi SMA Negeri Unggulan M. H. Thamrin, Ali Akbar Bayunulloh dari Yayasan Teman Saling Berbagi, Nada Safa Azzahra dari Yayasan Teman Saling Berbagi dan Delalania Septiani, pendamping dari Yayasan Teman Saling Berbagi

Mereka membicarakan bagaimana teknologi sudah menolong namun juga menghambat pertumbuhan mereka sebagai individu, terkhusus di bidang pembelajaran. Salah satu hal yang menarik, para pembicara anak mengaku jika mereka bisa memutar balik waktu, mereka berharap dapat menunda akses keterpaparan mereka terhadap teknologi digital agar tidak terdampak adiksi dan pengaruh negatif lainnya sejak dini.

Diskusi kemudian berlanjut ke sesi Diskusi Terarah (Workshop), di mana peserta dibagi ke dalam 7 kelompok sesuai dengan kategori risiko yang diidentifikasi dalam kajian akademik PP TUNAS. Mereka secara aktif mengidentifikasi masalah, menganalisis pemangku kepentingan, serta faktor pendukung dan penghambat dalam mewujudkan ekosistem pendidikan digital yang aman.

Melalui sesi Rotasi Kelompok Dinamis, setiap kelompok berotasi untuk memberikan saran dan mencari solusi yang paling mungkin diterapkan berdasarkan pengalaman peserta. Kegiatan diakhiri dengan Pengembangan Rekomendasi, di mana semua ide dikumpulkan, disintesis, dan disusun menjadi rekomendasi konkret yang dinilai kelayakannya.

Sesi presentasi dinilai oleh Ibu Itje Chodidjah (Dewan Pakar PSPK) dan Bapak Santoso (Direktur Article 33 Indonesia), memberikan gambaran bagaimana gagasan kebijakan pendidikan perlu disampaikan secara efektif.

Rangkaian kegiatan ini tidak akan terlaksana tanpa dukungan dari berbagai mitra, termasuk Paragon Corp sebagai penyedia venue dan goodie bags, Indonesia Mengajar sebagai penyedia fasilitator, serta Guru Belajar Foundation, Taman School, dan Yayasan Teman Saling Berbagi yang menyediakan pembicara anak dan pendamping sebagai testimoni autentik.

IIER dan PSPK berkomitmen untuk terus mendorong dialog dan kolaborasi demi terwujudnya ekosistem pendidikan yang inovatif, inklusif, dan berdampak jangka panjang bagi kesejahteraan nasional.

Tentang Indonesian Institute for Education Reform (IIER)

Indonesian Institute for Education Reform (IIER) merupakan lembaga riset independen yang berfokus pada reformasi dan pengembangan ekosistem pendidikan di Indonesia. Melalui penelitian, advokasi, dan jejaring kolaborasi, IIER berkomitmen membangun pendidikan yang inovatif, inklusif, dan berdampak jangka panjang bagi kesejahteraan nasional.

Tentang Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK)

Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) merupakan yayasan non-profit independen yang berfokus pada penguatan kebijakan pembelajaran yang berpihak pada anak. PSPK bekerja dalam hal penelitian, advokasi, dan implementasi hasil penelitian terkait kebijakan dan pendidikan di Indonesia sejak 2015 hingga sekarang. (pun)

You may also like

Leave a Comment