Home GaleriHUT RI ke-80, Desa Glatik Gelar Sedekah Bumi Jadi Ajang Kades Sampaikan Pesan Kondusifitas

HUT RI ke-80, Desa Glatik Gelar Sedekah Bumi Jadi Ajang Kades Sampaikan Pesan Kondusifitas

by sabda news

GRESIK,SabdaNews.com – Di tengah isu nasional yang panas, ratusan warga Desa Glatik, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, menampilkan potret perdamaian dan kebersamaan melalui tradisi tahunan sedekah bumi . Pada Rabu (3/9/2025), puluhan tumpeng hasil bumi dibawa beramai-ramai ke panggung utama, menjadi simbol rasa syukur dan solidaritas yang kuat di antara warga.

Acara yang menampilkan Kepala Desa Glatik, Mohammad Shokhiyan , dan Camat Ujungpangkah, Shofwan Hadi , ini diawali dengan tahlil dan doa bersama. Namun, hal yang paling mencuri perhatian adalah pesan mendalam yang disampaikan Kades Shokhiyan. Ia mengajak warganya untuk mewaspadai informasi di media sosial, dan menyoroti gejolak yang terjadi di beberapa daerah. “Saat ini ramai demo dengan membakar dan merusak. Itu dampaknya ada yang memanfaatkan untuk mencari kesempatan. Insyaallah Gresik aman, tertib. Mari kita jaga Gresik,” pesannya.

Untuk memperkuat pesannya, Kades Shokhiyan menggunakan filosofi lima jari . Ia menjelaskan, setiap jari memiliki makna simbolis: jempol sebagai guru dan kiai, telunjuk sebagai penguasa, jari tengah sebagai pengaman, jari manis sebagai orang kaya, dan kelingking sebagai rakyat kecil.

Ia kemudian menantang warga untuk menyentuhkan jari telunjuk (penguasa) dan kelingking (rakyat kecil) tanpa bantuan jari lain. Sebagian besar warga gagal, dan hanya segelintir yang berhasil. Dari tantangan ini, Shokhiyan menyimpulkan sebuah petuah berharga. “Kalau penguasa (telunjuk) dengan rakyat kecil (kelingking) susah bertemu, harus dibantu yang lain. Tapi kalau semua jari disatukan, ia jadi kesatuan yang kokoh dan sulit dipatahkan,” jelasnya.

Camat Ujungpangkah, Shofwan Hadi , turut mengapresiasi tradisi ini sebagai simbol rasa syukur atas panen. Ia juga mengingatkan warga untuk menjaga lingkungan sosial dan mengawasi anak-anak dari kegiatan negatif.  Acara puncak ditutup dengan pemandangan yang menghangatkan hati. Seluruh tumpeng dibagi rata dan disantap bersama. Kades, camat, dan warga duduk berbaur di lantai, menikmati hidangan dan kebersamaan. Peristiwa ini menunjukkan bahwa di Desa Glatik, persaudaraan dan gotong royong bukan sekedar jargon, melainkan nilai-nilai yang terus dirayakan dan dilestarikan. (lim/Red))

You may also like

Leave a Comment