SabdaNews.com – Anggota Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) DPRD Jawa Timur, Ony Setiawan, menegaskan pentingnya memperkuat dukungan pemerintah kepada petani gurem atau petani skala kecil agar mampu meningkatkan kesejahteraannya.
Menurut Ony, salah satu langkah strategis yang dapat ditempuh adalah melalui pengembangan sektor peternakan yang terintegrasi dengan pertanian rakyat.
“Petani gurem selama ini sering menghadapi keterbatasan akses modal, sarana produksi, hingga keterampilan manajerial. Pemerintah perlu hadir memberikan dorongan nyata melalui bantuan yang tepat sasaran, khususnya di sektor peternakan. Ini bisa menjadi sumber energi ekonomi tambahan bagi keluarga petani,” ungkap Ony Setiawan, Rabu (19/8/2025) kemarin.
Anggota Komisi B DPRD Jatim tersebut menekankan, sektor peternakan memiliki potensi besar sebagai pelengkap pendapatan petani gurem.
Dengan sistem pemberdayaan yang baik, petani tidak hanya memperoleh penghasilan dari hasil pertanian, tetapi juga dari produk peternakan seperti telur, daging, dan hasil sampingan lainnya.
“Konsepnya adalah integrasi pertanian-peternakan. Misalnya, limbah pertanian bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sementara kotoran ternak menjadi pupuk organik bagi tanaman. Ini bukan sekadar ekonomi, tapi juga energi baru untuk meningkatkan produktivitas,” tambah Ony.
Lebih lanjut, Ony menyoroti pentingnya program-program pemerintah yang mengakomodasi skala usaha mikro petani gurem. Ia menyebut, beberapa bantuan yang sudah ada masih terlalu umum dan kurang menyentuh kebutuhan spesifik petani gurem.
“Bantuan modal atau subsidi pakan ternak harus disesuaikan dengan skala usaha mereka. Jangan sampai bantuan itu hanya dinikmati sebagian besar petani besar,” tegasnya.
Menurut anggota DPRD Jatim dari Dapil Tuban-Bojonegoro ini, dorongan sektor peternakan juga memiliki dampak sosial yang signifikan. Dengan meningkatnya pendapatan keluarga petani, anak-anak mereka memiliki akses lebih baik pada pendidikan dan kesehatan.
Selain itu, interaksi ekonomi lokal akan semakin hidup karena adanya sirkulasi produk pertanian dan peternakan di pasar desa maupun kota.
“Kita berbicara tentang keadilan ekonomi. Petani gurem adalah tulang punggung pertanian Jawa Timur. Memperkuat mereka berarti memperkuat ketahanan pangan, stabilitas ekonomi lokal, dan pemerataan kesejahteraan,” pungkas Ony.
Diketahui, Jatim memiliki jumlah petani gurem tertinggi di Indonesia. Data BPS menunjukkan bahwa Jatim memiliki 4,55 juta petani gurem, diikuti oleh Jateng dan Jabar. Petani gurem adalah petani yang menguasai lahan pertanian kurang dari 0,5 hektar.
Seperti diketahui, data Petani Gurem Jatim menunjukkan bahwa kondisi struktur kepemilikan lahan pertanian di provinsi ini masih didominasi oleh petani gurem. Berdasarkan Sensus Pertanian 2023 (ST2023), jumlah petani pengguna lahan di Jawa Timur mencapai 5.432.038 orang.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.479.526 orang atau sekitar 82,5% tergolong petani gurem dengan penguasaan lahan kurang dari 0,5 hektare. Angka ini menegaskan bahwa mayoritas petani di Jawa Timur masih bergantung pada lahan sempit untuk bertani. (pun)