SabdaNews.com – Debat ketiga Pilgub Jawa Timur yang berlangsung Senin malam (18/11) menjadi sorotan hangat di media sosial. Analisis terbaru dari akun resmi @DroneEmpritOffc mengungkapkan bagaimana publik bereaksi terhadap pasangan calon (paslon) yang berkompetisi. Analisis tersebut diambil dari media sosial seperti Berita Online, X, IG, FB, Tiktok, dan Youtube.
Hasil analisis menunjukkan bahwa paslon Luluk-Lukman berhasil mencetak sentimen positif tertinggi dengan angka luar biasa, mencapai 97%. Hal ini mencerminkan apresiasi yang luas dari publik terhadap performa mereka dalam debat, yang dianggap lugas, solutif, dan mengena pada isu-isu krusial di Jawa Timur.
Sebaliknya, paslon Khofifah-Emil mendapat sorotan tajam dari publik, dengan sentimen negatif mencapai 47%. Analisis menyebutkan bahwa sentimen negatif ini dipicu oleh perdebatan seputar program kerja mereka yang dianggap kurang konkret oleh sebagian audiens, serta gaya komunikasi yang dinilai kurang efektif di momen-momen tertentu.
“Luluk-Lukman memiliki sentimen positif tertinggi (97%) sementara Khofifah-Emil memiliki sentimen negatif tertinggi (47%),” hasil analisis yang diunggah akun X @DroneEmpritOffc, Selasa (19/11/2024).
Pasangan Luluk-Lukman menuai banyak pujian atas komitmen dan visi mereka yang dianggap membawa perspektif baru, dengan kepekaan yang diapresiasi publik. Namun, keraguan terhadap pengalaman Luluk dan strategi kampanye yang dianggap kurang menarik membuat sebagian publik masih skeptis terhadap elektabilitas mereka.
“Positif: apresiasi komitmen dan visi, puji kepekaan Luluk-Lukman, perspektif baru, dan percaya Luluk unggul,” cuitan dari X @DroneEmpritOffc.
“Negatif: Luluk tidak berpengalaman, publik ragu, elektabilitas rendah, strategi kampanye kurang menarik, dan skeptis terhadap janji-janji,” tambahnya.
Sementara pasangan Khofifah-Emil mendapat dukungan atas pengalaman dan kompetensi mereka, dengan program-program yang dinilai inklusif dan bermanfaat bagi masyarakat.
Namun, kritik terhadap pengelolaan sampah, tuduhan keterlibatan kasus korupsi, serta performa debat yang dinilai kurang meyakinkan menjadi sorotan negatif dari publik.
“Positif: pengalaman dan kompetensi, pendukung percaya program beri manfaat, dan inklusif,” hasil analisisnya.
“Negatif: kritik pengalaman pengelolaan sampah, tuduhan keterlibatan kasus korupsi, tidak layak dipilih kembali, dan kritik performa paslon saat debat,” tambahnya.
Lebih lanjut, pasangan Risma-Hans mendapat apresiasi atas rekam jejak keberhasilan dan komitmen mereka, dengan dukungan luas dari masyarakat dan tokoh-tokoh penting.
Namun, kritik terhadap pengalaman Risma, dugaan pengaruh oligarki, serta perbandingan yang kerap dibuat dengan Khofifah memunculkan keraguan di kalangan sebagian publik.
“Positif: rekam jejak berhasil, komitmen diapresiasi, ide didukung, banyak dukungan masyarakat dan tokoh,” tambahnya.
“Negatif: Kritik pengalaman Risma, skeptis terhadap kemampuan Risma, dugaan ada pengaruh oligarki, dan Risma dibandingkan dengan Khofifah,” tambahnya.
Dengan debat yang semakin memanas dan dinamika opini publik yang terus berkembang, Pilgub Jatim tahun ini menjadi salah satu pemilihan paling menarik perhatian di tingkat regional. Siapakah yang akhirnya akan memimpin Jawa Timur? Publik menanti hasil akhir dengan penuh antusiasme.(tis)