GRESIK, SabdaNews.com- Topik yang berat namun terasa santai dibahas Dr. H. Dhimam Abror Djuraid, B. Bus. M.Si. dalam Pengajian Ahad Pagi Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kebomas Gresik di Masjid Attaqwa Perguruan Muhammadiyah Giri Kebomas Ahad (21/12/2025). Ketua Dewan Pakar Persatuan Wartawan Indonesia Pusat ini mengambil kisah yang tertulis dalam Alquran Surat Al Baqarah 251, Allah Swt berfirman,
“”Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (QS Al Baqarah: 251).
Dalam ayat tersebut terdapat Abror menyampaikan sebuah kisah tentang kisah David vs Goliath versi Islam, yang tidak lain merupakan pertempuran antara Nabi Daud Alaihissallam dan Raja Jalut. Selain terdapat pula kisah Raja Thalut – Raja beriman yang berhasil menundukkan nafsu. Doktor ilmu komunikasi ini mengisahkan di saat Bani Israil meminta kepada Nabiyallah Syamwil / Nabi Yusak / sam’un agar mengangkat satu raja untuk memimpin perang melawan Jalut yang zalim. Maka atas petunjuk Allah Ta’ala Nabi Syamwil memilih Thalut atas dasar penampilan fisik dan kecerdasannya untuk menundukkan Raja zalim Jalut dengan bentuk fisik yang besar dan kekar.
Thalut adalah seorang raja beriman pemimpin Bani Israil pada masa Nabi Daud ‘alaihissalam masih remaja. Raja Thalut menggerakkan Bani Israil dengan pasukannya yang kuat untuk melawan Raja Jalut yang zalim. Dalam pertempuran itu Raja Thalut ditemani seorang anak muda bernama Daud yang akhirnya diangkat menjadi raja setelah mengalahkan Jalut. Ada pelajaran berharga dari kisah Raja Thalut melawan Jalut tersebut. Ini berkaitan dengan pertarungan melawan hawa nafsu yang merupakan hakikat dari bulan Ramadhan
Di saat akan berangkat ke medan perang bersama 80.000 pasukannya, pria yang pernah menjadi pemimpin redaksi Jawa Pos, kemudian menjadi pemimpin redaksi Harian Surya (Kompas Group) kemudian menjadi pemimpin redaksi Surabaya Post ini menceritakan sebelum mengalahkan Jalut yang sombong, Raja Thalut berpesan kepada pasukannya, “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, maka ia bukanlah pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku”ujarnya. Tentara Thalut yang lelah, kepanasan dan kehausan lalu bertemu sungai yang jernih, tetap dipesankan agar jangan ada yang meminumnya sama sekali. Jika harus minum karena dahaga yang sangat mendera, cukuplah menceduk air dengan satu cedukan telapak tangannya jangan berlebihan.
Abror meneruskan kisahnya, kemudian tentara Raja Thalut meminum air itu, yang mengikuti perkataan Raja Thalut setelah minum air itu, tubuh mereka segar dan bersiap untuk perang serta meyakini bahwa mereka akan menemui Allah Di ayat Al Baqarah ayat 249 dinyatakan golongan ini berjumlah tidak banyak, “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” Sedang sebagian besar merasakan kebalikannya. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum dengan berlebihan berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.”.
“Nantinya Allah Ta’a’a mengaitkan kemenangan dalam suatu pertempuran dengan melawan nafsu pribadi terlebih dahulu. Sebab, kemenangan mustahil diraih jika kita justru mengikuti nafsu pribadi” ungkap bapak tiga anak dan kakek satu cucu ini.
Dikisahkan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur dua periode 2000-2010 dan saat ini menjabat penasihat PWI Jatim ini, sebelum peperangan terjadi, di tengah perjalanan pasukan Raja Thalut bertemu seorang penggembala kambing yang kala itu masih sangat muda dan tidak memiliki kemampuan berperang bernama Daud. Namun karena kemampuan Raja Thalut yang luas ia mengizinkan Daud mengikuti perang bersama pasukannya.
Di medan perang, Abror yang pernah magang beberapa bulan di Harian USA Today Amerika Serikat ini menceritakan tentara Raja Thalut merasa berkecil hati karena melihat para musuh di bawah pimpinan Raja Jalut memiliki postur tubuh kekar dan kuat, serta dilengkapi dengan peralatan perang super lengkap.
Demikian juga dengan Raja Jalut yang dikenal berani, terlatih, dan tak mudah dikalahkan dalam peperangan. Terlebih saat itu pasukan Raja Jalut berjumlah ribuan, sementara pasukan Raja Thalut hanya ratusan.
Melihat hal tersebut, Raja Thalut dan pasukannya sebenarnya ragu-ragu. Namun, keberanian dan keimanan Nabi Daud membuatnya semangat untuk melawan Raja Jalut. Bahkan, Daud kecil namun pemberani menantang raja tersebut meskipun ia tidak memakai baju zirah atau pedang. Ia hanya membawa sebuah tongkat, beberapa batu kerikil. dan sebuah ketapel untuk melemparkan batu. Konon batu itu, atas izin Allah dapat bicara dan meminta Daud untuk membawanya ke medan perang. Melihat Daud yang tanpa baju perang ataupun pedang, Jalut melepas pakaiannya dan merasa akan mudah menghabisi Daud kecil.
Pria yang pernah menimba ilmu di Ponpes Maskumambang Dukun ini melanjutkan kisah itu, berbekal rasa percaya bahwa Allah SWT akan selalu melindunginya dan pasukan Bani Israil, Nabi Daud segera melemparkan batu dengan ketapelnya ke arah Raja Jalut. Atas izin Allah SWT, lemparan tersebut mengenai Raja Jalut hingga membuatnya berdarah-darah.
Di akhir kisah Raja Jalut pun tewas dan tentaranya mundur. Pria yang pernah menjadi ketua PSSI Jatim pada 2005, manajer Persebaya dan direktur olahraga Persebaya pada musim kompetisi 2015 serta menjadi ketua harian KONI Jawa Timur (2010-2017) ini memungkasi ceritanya “Kematian Jalut menjadi kemenangan bagi Raja Thalut, Sebagai imbalan atas keberanian Daud, Raja Thalut akhirnya menikahkan Daud dan putrinya, Mikyal. Dari pernikahannya, Daud yang kelak diangkat Allah menjadi Nabi dan Rasul-Nya dikaruniai putra bernama Sulaiman yang nantinya akan menjadi utusan Allah SWT pula. (Kontributor Mahfudz Efendi?Red)
