Kisah histeris dibalik penerimaan sertifikat Ijen Unesco Global Geopark
SabdaNews.com – Ada cerita menarik dibalik penerimaan sertifikat pengukuhan Kawah Ije Jawa Timur sebagai Global Geopark Network Institutional Member periode 2023-2026 oleh Unesco kepada Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang diwakili Kadisbudpar Jatim Hudiono di Maroko beberapa waktu lalu.
Kadisbudpar Jatim Hudiono mengaku pergi ke Maroko didampingi beberapa pejabat di lingkungan Pemprov Jatim seperti Kadis ESDM Jatim Nurkholis maupun Bupati Bondowoso KH Salwa Arifin dan Bupati Banyuwangi Ipuk Festiandani.
Di Maroko, lanjut Hudiono rombongan atau delegasi asal Jatim datang sehari lebih awal dari jadwal undangan Unesco pada 9 September 2023 dan menginap di dua tempat (hotel) yang jaraknya tak berjauhan di Kota Marrakesh.
Ironisnya, pada Jumat (8/9/2023) tengah malam, Kota Marrakesh dilanda gempa berkekuatan 6.8 magnitudo. Lantas bagaimana dengan nasib rombongan asal Jatim tersebut.
Menurut Hudiono, sebelum terjadi gempa, rombongan baru tiba di hotel untuk istirahat karena capek setelah menempuh penerbangan yang cukup panjang. Praktis seluruh rombongan ikut menjadi saksi dan mengalami langsung gempa yang cukup dahsyat di Maroko tersebut.
“Alhamdulillah seluruh rombongan selamat. Saat terjadi gempa, saya lagi ngopi di lantai dasar, sehingga tahu persis bagaimana penghuni hotel pada panik dan melihat toko mini market di sebrang jalan barang barangnya berantakan,” ujar Hudiono saat dikonfirmasi Kamis (14/9/2023).
Teman-teman sesama pejabat Pemprov Jatim, kata Hudiono menginap di lantai 3 dan 5 sedianya hendak menyusul untuk ngopi bersama dirinya. Namun mungkin kecapekan sehingga mereka lebih memilih untuk istirahat agar paginya bisa menghadiri penyerahan sertifikat dari Unesco dalam kondisi bugar.
“Teman-teman yang masih di kamar seperti Pak Nurkholis itu yang lebih histeris karena melihat bagaimana kaca hotel pada pecah akibat guncangan hebat. Alhamdulillah mereka semua akhirnya bisa keluar hotel dalam kondisi selamat. Kalau saya agak santai karena sudah di lantai dasar saat gempa sehingga tinggal jalan 20 meter ke tempat evakuasi yang disediakan pihak hotel,” kelakar pria murah senyum ini.
Hikmah dari peristiwa itu bagi Hudiono adalah bagaimana pentingnya saling komunikasi saat menjalankan tugas baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
“Mungkin ini karena saya suka ngopi dan tidur tak terlalu sore (lebih awal) sehingga saat situasi gempa masih dalam terjaga. Padahal teman teman sebagian besar sudah tertidur lalu mereka terbangun karena guncangan dahsyat itu,” kelakarnya.
Akibat gempa tersebut, lanjut Hudiono lokasi acara juga terpaksa dipindahkan ke gedung lain namun masih di sekitar Marrakesh karena lokasi awal dikabarkan bangunannya banyak yang retak sehingga dapat membahayakan jika dipaksakan dibuat acara penyerahan sertifikat Ijen Unesco Global Geopark.
Senada, Kadis ESDM Jatim Nurkholis juga menuturkan bagaimana perilaku rombangan delegasi Jatim dalam menyikapi gempa Maroko.
“Kalau kita jelas panik karena saat gempa berada di dalam kamar di lantai 3 sehingga berusaha turun mencari keselamatan,” katanya.
Sebaliknya, Bupati Situbondo yang juga seorang kiai, justru santai di dalam kamar dan memperbanyak dzikir dan berdoa.
“Beliau sudah tua jadi kalau ikut panik dan berusaha turun ke lantai dasar tentu akan berdesakan dengan penghuni hotel yang lain tentu resiko juga besar. Itulah bedanya seorang kiai dengan kita kita,” tutur Nurkholis. (pun)