SabdaNews.com- Masyarakat mempertanyakan makna kemerdekaan, ketika Kita yang hidup dipinggir-pinggir terluar negeri ini sama sekali tidak merasakan perbedaan hidup, bahkan sejak ratusan tahun nenek moyang Kita hidup di pulau Masalembu yang kecil ini. Terbelakang, tertinggal, tak tersentuh, tak diperhatikan, bahkan kian terimpit desakan hidup yang terus mendera.
Ketika teriakan “Merdeka” diserukan di banyak mimbar, serangkaian acara mulai upacara, bazar, turnamen, hingga acara karnaval, dan segala kemeriahan dilakukan dalam peringatan kemerdekaan, dalam waktu yang bersamaan Kita bingung, bahkan tak tahu apa makna kemerdekaan itu.
Apa makna kemerdekaan bagi Kita yang memperbaiki sendiri jalan yang rusak ? Apa makna kemerdekaan bagi nelayan yang setiap detik laut Masalembu dieksploitasi, dirusak, dan pemerintah hanya diam ? Apa makna kemerdekaan bagi Masyarakat Masalembu yang sampai hari ini tidak bisa menikmati listrik seperti di kota sana ?
Kemana Pemerintah ? Merekalah yang mempunyai tanggung jawab penuh menjamin kehidupan sosial, ekonomi, dan politik demi kesejahteraan, bergerak memperjuangkan kehidupan yang layak, berdiri tegak tanpa tekanan dan desakan dari luar maupun dalam, anggaran yang bermiliar-miliar dikemanakan ?
Betapa menggelikan saat para jajaran Pemerintah berdiri dan membanggakan diri di media pemberitaan seolah-olah sudah hadir memberikan kehidupan yang layak.
Berdasarkan data informasi sid.kemendesa.go.id dengan jumlah 4 desa di Masalembu tahun 2022 membelanjakan dana sebesar Rp.8.237.053.000, lantas siapa yang merdeka sesungguhnya, Kita atau Mereka ?
Berharap ? Ya, Kita akan selalu berharap, hari ini belum merdeka bukan lantas menjadi sebuah ancaman malah justru menjadi tantangan, setiap waktu berlalu dan Kita upayakan untuk memperbaikinya.
Jika Kita belum mampu untuk merdeka, minimal merdekakanlah diri sendiri untuk bebas menyuarakan sesuatu yang diyakini benar tanpa ada rasa takut dan tidak nyaman.(Masalembu, 30 Agustus 2023, Penulis Warga Masalembu)
