SabdaNews.com – Ancaman kekeringan yang membayangi 815 desa di Jawa Timur mendapat perhatian sserius dari Anggota Komisi E DPRD Jatim, Puguh Wiji Pamungkas.
Legislator dari Fraksi PKS itu meminta Pemprov Jatim melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) segera menyiapkan langkah-langkah mitigatif yang konkret dan terstruktur.
Puguh mengungkapkan bahwa potensi krisis air bersih tahun ini meluas di 29 kabupaten/kota. Bahkan, tiga kabupaten meliputi : Bangkalan, Jombang, dan Pasuruan, sudah ditetapkan berstatus siaga darurat krisis air.
“Ancaman krisis air ini harus menjadi perhatian serius. Apalagi ini bukan kejadian baru, tapi hampir menjadi rutinitas tahunan di wilayah-wilayah yang sama,” ujar Puguh.
Menurut politikus asal Malang, pola kekeringan yang berulang seharusnya sudah dapat dipetakan dengan baik, sehingga Pemprov bersama BPBD Jatim bisa lebih siap dan tidak lagi bersifat reaktif.
“Harapannya, BPBD Jatim bersama BPBD kabupaten/kota sudah menyusun langkah mitigasi jauh-jauh hari. Mulai dari peringatan dini kepada masyarakat hingga perencanaan distribusi air bersih yang matang,” tegas Puguh.
Pria yang baru saja dikukuhkan aebagai doktor itu menyebut bahwa edukasi kepada masyarakat di wilayah rawan kekeringan sangat penting dilakukan agar mereka menyadari potensi krisis air dan mulai menerapkan penghematan.
“Warning system harus jalan. Masyarakat perlu diberi pemahaman bahwa mereka berada dalam situasi krisis air, supaya bisa menyesuaikan pola konsumsi airnya,” harap Puguh.
Tak hanya itu, ia juga mendorong Pemprov Jatim untuk menyiapkan infrastruktur mobilisasi air bersih secara detail dan operasional.
“Berapa tangki air yang dibutuhkan, dari mana sumber airnya, distribusi ke titik-titik mana saja, berapa kali pengiriman dalam sehari — semua ini harus dihitung dan dipersiapkan secara sistematis,” papar Puguh.
Ia mengingatkan, jika mitigasi tidak dijalankan dengan baik, maka krisis air berpotensi menimbulkan keresahan sosial yang berkepanjangan.
“Langkah mitigasi ini bukan hanya soal teknis penyediaan air, tapi juga untuk menjamin keamanan dan keberlangsungan hidup masyarakat. Mereka harus tetap bisa menjalankan aktivitas sehari-hari dan ekonominya tidak terganggu,” pungkas Puguh. (pun)